”Mahasiswa Semester Akhir Mestinya Paling Bahagia & Taat”

ILUTRASI Mahasiswi STIS Hidayatullah Balikpapan.* [Foto: Istimewa/STIS/MCU]

Oleh: Irfatunazhifah*

Ummulqurahidayatullah.id | MENJADI mahasiswa semester akhir sering kali digambarkan sebagai masa yang penuh kebebasan dan fokus pada tugas akhir.

Namun, di kampus ini, cerita itu berbeda. Semester akhir di sini bukan sekadar menyelesaikan skripsi, tetapi juga tentang mengemban tanggung jawab yang lebih besar: menjadi pengasuh bagi adik-adik tingkat.

Bayangkan, di saat kita sendiri masih merasa perlu bimbingan, justru kita diminta untuk membimbing. “Butuh dibimbing, tapi harus membimbing,” begitulah realitanya.

Seperti sebuah paradoks, semester akhir menjadi fase yang penuh tantangan, jauh dari sekadar duduk manis menatap layar komputer atau menyusun referensi.

Ustadz Masykur, salah satu dosen senior, pernah mengatakan, “Mahasiswa semester akhir seharusnya menjadi sosok yang paling bahagia dan paling taat di kampus ini.”

Ucapan itu mungkin terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang mendalam. Di baliknya tersirat tanggung jawab besar: semester akhir bukan hanya tentang menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga tentang menyelesaikan urusan pribadi.

Ini adalah waktu untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Meski kesempurnaan hanya milik Allah, upaya untuk mendekati kesempurnaan menjadi penting agar kelak bisa membawa manfaat yang luas.

Menyelesaikan urusan diri berarti berdamai dengan kelemahan, memperbaiki kekurangan, dan menjadi versi terbaik dari diri sendiri untuk menghadapi dunia setelah kampus.

Ada rasa getir ketika menyadari bahwa perjalanan panjang di kampus ini segera berakhir. Menjadi alumni bukan sekadar mendapatkan gelar, tetapi menjadi seseorang yang sudah “selesai dengan dirinya sendiri.”

Alumni yang bermanfaat, bukan beban atau bahkan sampah masyarakat.

Mungkin terasa berat, bahkan melelahkan. Tapi, bukankah perjuangan itu yang membuat gelar dan pengalaman di kampus ini terasa lebih bermakna?

Semester akhir adalah momen untuk membuktikan bahwa kita tidak hanya sekadar bertahan, tetapi juga mampu memberi dampak, meski langkah terasa tertatih.

Semangat teman-teman seperjuangan, yuk sama-sama muhasabah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Sempatkan diri ke mukhtabar, walau duduk berjam-jam dapatnya hanya satu paragraf.*

  • Penulis adalah Mahasiswi Semester Akhir STIS Hidayatullah Balikpapan angkatan ke-19

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *