Ustadz Hamzah Akbar: Silatnas Hidayatullah Pengisi Ulang Semangat Para Dai

Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan, Ustadz Hamzah, di Gunung Tembak, Kamis, 26 Rabi’ul Awal 1445 (12/10/2023).* [Foto: SKR/Media Silatnas Hidayatullah/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Hidayatullah sejak awal perlangkahannya telah memiliki tradisi pertemuan dalam rangka mengisi ulang (re-charge) semangat para kader yang bertugas di berbagai daerah.

Dulu, pertemuan biasanya dibagi dalam bentuk Koordinasi Wilayah (Korwil) seperti Korwil Jawa, Korwil Sumatera, Korwil Sulawesi Papua, dan Kalimantan.

Demikian diungkapkan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan, Ustadz Hamzah, di Gunung Tembak.

Hal itu disampaikannya sebagai narasumber utama acara Diskusi Daring Kamisan DPW Hidayatullah DKI Jakarta edisi ke-39 bertajuk “Silatnas, Apa Keuntungan Bagi Progresivitas Kader Kedepan”.

Acara pada Kamis, 26 Rabi’ul Awal 1445 (12/10/2023) pagi ini dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023.

“Dulu ada 1 Muharram, ini setiap tahun digelar untuk Ustadz Abdullah Said menyampaikan pikiran besar dan menggambarkan keadaan futuristik,” kata salah satu jebolan Kuliah Muballigh Muballighat (KMM) di awal aktifitas Hidayatullah di Balikpapan ini.

Ustadz Hamzah mengaku bersyukur sebab Hidayatullah pada 50 tahun pertama berhasil menguatkan falsafah gerakannya yang hari ini disebut Jatidiri Hidayatullah.

Lantas, pada momentum Silatnas Hidayatullah 2023, posisi strategisnya ada pada proses memberi pencerahan yang membuka jalan pikiran.

Di tengah masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan yang ada, Ustadz Hamzah merasa bersyukur sebab produksi kader terus bergeliat yang secara kuantitas menurutnya sebenarnya cukup tinggi. Walaupun pencapapain itu dianggap masih belum memadai karena sepenarian dengan tingginya permintaan.

Berikutnya, Hamzah menilai salah satu tantangan ke depan adalah soliditas. Selain soliditas antar sesama elemen umat, Hamzah memandang soliditas jamaah ini yang menjadi sangat penting.

“Institusi harus memandu dan mendistribusikan kepemimpinan yang kuat. Ruh ini yang ingin kita kuatkan. Sistem kepemimpinan dan jamaah yang solid akan mengantar semua elemen organisasi menjadi penguat dalam berbagai agenda kita,” katanya.

Hamzah mengatakan, sepanjang kita memahami dan menginternalisasi jati diri, maka perlangkahan ini semakin indah dan menarik.

“Kita harus membangun perspektif positif dalam proses membangun kekuatan jamaah kita di Hidayatullah,” imbuhnya.

Ditegaskan Ustadz Hamzah, selama masih ada media sebagai kultur esensial untuk menguatkan seperti Silatnas, maka apapun yang berkembang secara modern baik itu politik, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya, kita akan tetap pada jaminan kader dan fokus gerakan.

“Demikian pula gerakan yang bersifat relasional, ini sangat strategis. Semua harus menjadi penguat pada sistem kita,” tandas Ustadz Hamzah.

Ia pun menekankan, Silatnas juga diharapkan menjadi medium untuk memuluskan proses transisi dialektika gerakan dan pikiran pikiran Hidayatullah pada generasi berikutnya.* (Ainuddin Chalik/Media Silatnas Hidayatullah)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *