Usai Hafal Al-Qur’an, Santriwati Hidayatullah ini Raih Medali Olimpiade Kimia Internasional

Hafidzoh Fauziyah, santri SMA Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang mengikuti World Applied Chemistry Olympiad (WAChO) 2021 dan meraih prestasi.* [Foto: Istimewa]

MALANG- Tergerak meneliti sisa nasi, kulit pisang, dan sisa sayuran sebagai penghasil listrik, seorang santri PP Ar-Rohmah Malang meraih medali perunggu dalam ajang World Applied Chemistry Olympiad (WAChO) 2021. Santri kelas XII MIPA ini tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia saat diumumkan sebagai salah satu pemenang.

“Syukur Alhamdulillah, kami bisa mengharumkan Indonesia di tingkat dunia,” ujarnya, Jum’at (19/10/2021).

Hafidzoh Fauziyah, santri SMA Ar-Rohmah Putri Islamic Boarding School Pesantren Hidayatullah Malang, semula tergerak memperhatikan limbah dapur langsung dibuang karena dirasa tidak diperlukan lagi. Padahal menurutnya, sejumlah limbah dapur itu bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi.

Panitia WAChO 2021 mengumumkan hasil perlombaan itu pada pertengahan Oktober lalu.

Hafidzoh, sapaan akrabnya menuturkan, lomba yang diikutinya itu tentang Kimia Terapan. Lebih spesifik lagi mengenai Microbial Fuel Cell (MFC), yaitu suatu perangkat penghasil listrik yang memanfaatkan reaksi-reaksi organic microbial yang dihubungkan dengan sel elektrokimia.

Santri yang sudah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz itu, membuat penelitian dengan judul Kitchen Waste as an Alternative Energy Resources in Boarding School. Tujuan penelitian yang mengambil sampel di dapur pesantren itu adalah, ingin mengetahui bahwa limbah dapur yang digunakan sebagai substrat mampu menghasilkan energi listrik.

Dari sekian limbah dapur yang dijadikan substrat, kulit pisanglah yang mampu menghasilkan energi listrik tertinggi. Dibandingkan dengan substrat lain dari sisa nasi maupun sisa sayuran.

“Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menghasilkan energi listrik yang lebih optimal,” jelas santri asli Malang itu.

Atas prestasi tersebut ia pun berhak mendapatkan sertifikat dan medali. Sementara itu, Yunilia Nur Pratiwi sebagai Guru Pembimbing mengaku bangga atas prestasi yang diraih anak didiknya tersebut.

“Alhamdulillah, santri Ar-Rohmah Putri kembali meraih prestasi di tingkat internasional,” ujarnya.

Menurut Ustadzah Yunil, demikian akrab dipanggil, untuk bisa meraih prestasi pada ajang yang seharusnya digelar di Jerman ini tidak mudah. Pihaknya harus bersaing dengan ratusan peserta dari dari 10 negara, seperti; Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Romania, dan lainnya.

Selain itu juga harus berpacu dengan terbatasnya waktu penelitian, padatnya aktivitas di pesantren, dan juga harus lolos seleksi terlebih dahulu olimpiade kimia tingkat Indonesia. Perjuangan Hafidzoh, terang Ustadzah Yunil, bermula dari keikutsertaannya pada ajang Olimpiade Kimia Indonesia awal tahun 2021 ini.

Ia menjadi salah satu finalis dan berhak mengikuti ajang bergengsi yang digelar oleh Indonesian Scientific Society pada akhir Agustus lalu. Selama empat pekan, Hafidzoh berkutat di laboratorium kimia setiap harinya.

Ia harus melaporkan progress report penelitian setiap pekan ke panitia. Sedangkan final report wajib selesai dan terkirim pada akhir bulan September dan mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan panitia via daring pada awal Oktober.

Ustadzah Yunil pun berharap, capaian ini tidak hanya menjadi inspirasi bagi santri Ar-Rohmah Putri. Melainkan juga bagi siswa lain di seluruh penjuru Indonesia.*

Sumber: Hidayatullah.com

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *