Tiba-tiba Ia Menjadi Dingin & Pendiam…
Ummulqurahidayatullah.id | SUDAH dua pagi aku melihat wajah sendu salah seorang guruku. Dia yang biasanya suka melontarkan candaan dan tertawa lepas, tiba-tiba menjadi pendiam dan dingin. Sikap itu disadari juga oleh beberapa teman yang lain.
Kami mulai bertanya-tanya, ada apa dengannya? Hari pertama saya masih sebatas mengamati dan menerka-nerka, namun hari kedua saya mulai gelisah. Apakah saya penyebabnya? Kurunut secara detail interaksiku dengan dia sebelum sikapnya berubah. Gak ada sedikitpun yang kuingat berpotensi membuatnya marah.
Saya juga bertanya dengan guru yang lain, apakah ada sikap atau ucapan saya dalam rapat atau secara langsung yang kemungkinan membuat dia tersinggung, Gak ada yang ingat.
Saya semakin yakin bahwa mungkin dia sedang ada masalah rumah keluarga. Namun rasa gelisah dan khawatir itu tetap mengganggu pikiran.
Akhirnya, “Bismillah!”. Malam harinya, saya memberanikan diri menanyakan lewat chat WA. Sebenarnya ingin bertanya langsung tapi jujur rasanya sungkan dengan sikap dinginnya.
“Assalamualaikum, Ustadzah, sudah dua hari saya lihat ustadzah bad mood, sekiranya saya penyebab ustadzah bad mood, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Tidak pernah sedikitpun berniat menyakiti perasaan ustadzah, tapi bisa jadi tanpa sengaja, sikap atau ucapan kita menyakiti teman kita.
Maaf yah, ustadzah. Jika ustadzah mau jujur apa sikap atau ucapan saya yang tidak menyenangkan, dengan senang hati saya menerima, agar saya tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Rindu suara ceria dan ketawa lepasnya ustadzah.”
Demikian isi chat saya dengannya. Ternyata apa yang saya khawatirkan benar-benar terjadi. Intinya dia menyampaikan dengan jujur bahwa dia terpukul ketika saya tidak setuju dengan usulannya di rapat, tapi suara saya terdengar tinggi. Dia juga meminta maaf atas sikapnya.
“Kita memang biasa beda pendapat, tapi untuk kali ini terasa lain. Saya berusaha membangun kepercayaan diri untuk tetap ceria, tapi respons dari dalam tidak bisa dikendalikan. Saya berusaha memahamkan diri, untuk lebih lapang, mengingat banyaknya beban tanggung jawab anti (kamu perempuan, red). Maaf jika sikap ini terlalu kekanak-kanakan,” tulisnya.
Allahu Akbar! Seketika air mataku tumpah ruah. Saya benar-benar terpukul oleh kebodohan diri saya yang tidak mampu menyadari kesalahan. Sesak rasanya dada.
Kukirim ucapan maaf berkali-kali, disertai emot nangis, dan meyakinkan beliau bahwa saya gak ada niat melukai hatinya.
Malam itu saya benar-benar terpukul dan berusaha menenangkan diri dengan mencari hikmah dari kesalahan ini.
Banyak hikmah dari kejadian. Intinya, jangan pernah merasa aman dari yang namanya kesalahan sikap dan ucapan. Kita sering mengabaikan hal itu terhadap orang yang kita anggap sudah sangat dekat dengan kita.
Betapa dia adalah salah satu tim guru yang saya cintai karena Allah, atas loyalitasnya dan support-nya selama ini ke saya. Namun ternyata bisa saya melukai perasaannya tanpa sadar. Allahummaghfirli!
Pagi harinya, dia masuk sekolah seperti biasa, tapi memilih menemani anak-anak di luar. Saya semakin sungkan untuk menyapa.
Sampai akhirnya saya ada keperluan di luar dan melihat dia berdiri di pagar. Sambil berjalan ke arah pagar, bisikan di hati mulai berperang:
“Nanti aja minta maafnya!”
“Gimana kalau saya datangin dan dia enggan menerima tangan saya?”
Berbagai macam suara berseliweran dalam pikiran. Sampai akhirnya saya berhasil melawan semuanya, lalu datang memeluknya.
“Kakkkkkk, maafkan akuuuu….”
Ya Allah. Seketika semua kegundahan hilang saat melihatnya tersenyum. Bahagia tak terkira juga karena bisa melawan bisikan-bisikan negatif, di antaranya menawarkan ego dan gengsi.
Terima kasih, ustadzah, atas kejujurannya, atas pemberian maafnya, atas kembalinya senyum dan tawamu.
Tetaplah menjadi sayap yang kokoh dalam perjalanan juang kita hingga kita bertemu di syurga-Nya. Aamiin!* (Kiriman Ummu Abdullah/pengajar)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya