Teladan Komunikasi Profetik dari KH Abdullah Said

Ustadz M Sholeh Utsman, Kadep Perkaderan DPP Hidayatullah berbicara tentang Komunikasi Profetik pada Pembekalan Da’i Sarjana PTH di Batam (19/07/2022).* [Foto: Azhari/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Pendiri Hidayatullah KH Abdullah Said adalah komunikator yang memiliki pengaruh sangat kuat dalam membentuk karakter para aktivis dakwah di Indonesia.

Demikian kata Ustadz Muhammad Sholeh Utsman, Ketua Departemen Perkaderan DPP Hidayatullah dalam pemarannya tentang Komunikasi Profhetic pada acara Pembekalan Da’i Sarjana Perguruan Tinggi Hidayatullah (PTH) Batam, Kepri, belum lama ini.

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku komunikan,” imbuh Ustadz Sholeh, mengutip pendapat pakar komunikasi Profesor Hafied Cangara.

Dalam konteks inilah KH Abdullah Said, lanjutnya, sebagai seorang komunikator ulung. Sebab mampu menghipnotis banyak orang saat itu dan membuatnya berubah.

“Coba bayangkan, ketika usianya masih belasan tahun ia sudah aktif dalam komunikasi publik melalui khutbah Jum’at dan majelis taklim di wilayah Makassar, Sulsel, Sulteng dan sekitarnya. Beliau sudah orator,” sebut Ustadz Sholeh.

Tentu ada kekuatan spirit yang dimiliki lewat ibadah, lanjutnya lagi, juga wawasan luas yang didapatkan lewat bacaan, dan secara lengkap menyatu dalam etos kerja dan semangat juang yang tinggi.

“Beliau itu tak kenal lelah, malam hari qiyamullail dan sangat lama. Itu yang dalam teori tadi disebut membangun komunikasi vertikal transendental kepada Allah Subhanahu Wata’ala untuk memohon petuntuk,” tegasnya.

Di siang hari, kata Ustadz Sholeh lagi, KH Abdullah Said mengoptimalkan waktu melakukan komunikasi secara horizontal, mengajak manusia untuk terlibat dalam mewujudkan cita-cita besar ini.

Dalam pandangan KH Abdullah Said, Ustadz Sholeh menegaskan, bahwa membangun peradaban Islam tidak semudah membalik telapak tangan. Cita-cita agung ini ternyata membutuhkan pengorbanan yang tinggi baik secara lahir maupun batin.

“Bahwa idealisme yang dimilikinya sangat sulit untuk diwujudkan dalam realitas kehidupan tanpa melibatkan khalayak, terutama dukungan para tokoh, dan yang lebih utama lagi adalah dukungan pemerintah,” imbuh Ustadz yang kini konsentrasi meneliti tentang Komunikasi Profhetic berbasis Manhaj Nubuwwah pada program doktoral.

Kata Ustadz Sholeh, sebagai sosok komunikator yang handal, Kiai Abdullah Said selalu menjadikan komunikasi vertikal transendental kepada Allah Subhanahu Wata’ala sebagai basis kekuatan spiritual, yang pada gilirannya menjadi washilah untuk menemukan solusi terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi.

Hal ini di antaranya didasari oleh hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkenaan dengan wasiat beliau kepada Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, bahwa:

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Apabila engkau meminta (hajat), maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).

“Jadi, di antara komunikasi berbasis manhaj nubuwwah benar-benar menjadikan Allah Ta’ala sebagai tempat bergantung segala urusan, tempat bersandar dalam segala situasi,” imbuh Ustadz Sholeh.

Menurut temuan Ustadz Sholeh dalam penelitiannya, bahwa komunikasi berbasis wahyu tadi adalah struktur bangunan komunikasi vertikal transendental dalam surah al ‘Alaq, al Qalam, al Muzzammil, adalah sumber kekuatan. Selanjutnya surah al Muddatsir dan al Fatihah sebagai landasan filosofis untuk membangun koneksi dengan khalayak.

“Prinsip lima surah pertama turun tersebut merupakan konsep dasar beliau yang diyakini sebagai pola nubuwah, yang dalam ilmu komunikasi disebut sebagai pola komunikasi profetik,” simpul Ustadz Sholeh.

Oleh karena itu, dalam beberapa momen Ustadz Abdullah Said sangat tegas menyatakan bahwa jangan pernah melakukan dakwah, ceramah, kalau anda tidak shalat tahajud. Dalam perspektif komunikasi, pernyataan itu berarti bahwa jangan anda melakukan komunikasi secara horizontal dengan khalayak, sebelum anda membangun komunikasi secara vertikal transendental kepada Allah Ta’ala.

Maka para kader perlu selalu diarahkan untuk cerdas dalam menata komunikasi kepada semua pihak. Baik dengan pemerintah maupun masyarakat secara umum.

“Kesemuanya itu dilakukan dengan penataan komunikasi vertikal transendental melaui munajat dan doa, yang kemudian akan melahirkan kecerdasan dalam komunikasi secara horizontal kepada semua khalayak,” imbuhnya memungkasi, Selasa (19/07/2022) itu.

Untuk diketahui, Kampus Utama Hidayatullah Batam menyelenggarakan Pembekalan Dai Sarjana untuk calon alumni di Perguruan Tinggi Hidayatullah Batam, yang terdiri dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Hidayatullah dan Institut Agama Islam Abdullah Said, selama tiga hari.

Acara dibuka oleh Ustadz Jamal Nur, Pembina Kampus Utama Batam. Dihadiri sejumlah pengurus inti DPP Hidayatullah yang menjadi pemateri: Ustadz Asih Subagio, Kabid Pembinaan dan Pengembangan Organisasi. Ustadz Arfan, Kadep SDI, Ustadz Samsudin, Kadep Organisasi, Ustadz Sholeh Utsman, Kadep Perkaderan dan Pengurus Inti Yayasan dan DPW Kepri.

Pembekalan ini dimaksudkan untuk memberi penguatan dan wawasan tentang manhaj, jatidiri, program mainstream, dinamika organisasi, sejarah, dan visi misi lembaga serta manajemen dengan pendekatan manhaj nubuwwah kepada 70-an peserta calon alumni kader.* (Azhari Tammase/MCU)

Baca juga: KH Abdurrahman Muhammad: Siapapun Pemimpin Harus Terdepan dalam Kebaikan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *