Pesan Majelis Penasihat kepada Muslimah Hidayatullah: Semua Diniatkan untuk Membangun Peradaban Islam

Ummulqurahidayatullah.id– Segenap kaum hawa termasuk ibu-ibu di lingkup pergerakan Hidayatullah, diingatkan untuk meniatkan segala hal yang dilakukan dalam rangka membangun peradaban Islam. Baik itu dalam berumah tangga, dalam dunia pendidikan, maupun dalam dimensi lainnya.

“Saat menyapu, menggosok baju, hingga saat tersenyum kepada murid-murid TK pun, semua adalah diniatkan untuk Membangun Peradaban Islam,” ujar anggota Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah (Mushida), Ustadzah Irawati Istadi, S.Sos.I.

Pesan itu disampaikan dalam suatu kesempatan di kantor PP Muslimat Hidayatullah, Jl Cipinang Cempedak 1/14, Polonia, Jakarta beberapa waktu lalu. Ia memapakan bahwa peran wanita dalam keluarga sangatlah menentukan.

“Senyum tidaknya seorang istri, akan menentukan kesuksesan suami, sementara bagus tidaknya akhlaq ibu, akan menentukan akhlaq anak. Apalagi doa-doanya, akan menentukan keberhasilan seluruh anggota keluarga,” ujar Ustadzah Irawati dikutip Media Center Ummulqura (MCU) Hidayatullah pada Rabu (23/03/2022) dari website resmi Mushida.org.

Beliau mencuplik materi yang terdapat dalam buku Syakhsiyah Mushida, yaitu bagaimana karakter Muslimah menurut Al-Qur’an. Disampaikan, dalam Al-Alaq ayat 1-5, mencerminkan karakter istri yang mampu menunjukkan keteladanan keimanan, dan karakter berilmu, yang tak pernah berhenti mencari ilmu walau usia terus berjalan. Bahkan seorang istri harus memiliki rencana belajar yang terus-menerus, sehingga setiap saat dirinya senantiasa bertambah potensinya.

Selanjutnya dalam surat Al-Qalam, ditunjukkan karakter istri yang menjaga akhlaqul karimahnya, agar diteladani oleh anak. Dalam surat Al-Muzammil pun, disiratkan karakter istri yang terus menerus menjaga kualitas ruhiyah dan ibadahnya.

“Konsistensi dalam ibadah nawafil selalu ditingkatkan. Penguatan ibadah melalui GNH (Gerakan Nawafil Hidayatullah), meski berat, tetap harus diupayakan,” imbuhnya.

Bahkan juga ibadah sunnah lain yang tidak ada di GNH pun diusahakan untuk dilaksanakan, seperti shalat dhuha dan puasa. Apalagi puasa selain memberi kesempatan doa-doa kita diijabah Allah, juga akan menjaga kualitas kesehatan kader.

Karakter istri yang selanjutnya tecermin dalam surat Al-Muddatstsir, adalah yang terus bersemangat melakukan dakwah fardiyah yang bervariasi. Jika semat (Sedekah Jum’at) sudah dilaksanakan, misalnya, segera ditambah melakukan bentuk-bentuk dakwah fardiyah yang lain.

Terakhir, menjadi istri dengan karakter Al-Fatihah, yang melakukan segala sesuatu dengan nama Allah.

“Itu berarti, bagaimana seorang kader Muslimah Hidayatullah harus bisa menjadikan visi membangun peradaban Islam senantiasa mengalir dalam aliran darah kita dan mewarnai 24 jam kehidupan kita,” ujarnya.

Ustadz Irawati pun mengingatkan para Muslimah Hidayatullah agar terus memperkuat jati diri Hidayatullah ke dalam diri. Rajin halaqah untuk menguatkan manhaj, menjaga kekuatan jamaah karena kita pun masih kalah dengan jamaah kaum Yahudi.

Pesan-pesan itu disampaikan dalam tausiyah subuh sebagai rangkaian kegiatan Rakernas Muslimat Hidayatullah (06/03/2022). Rakernas ini berlangsung pada 2-3 Sya’ban 1443 H (05-06/03/2022), dihadiri oleh Pengurus Pusat Mushida, Pengurus Inti Wilayah Mushida 34 provinsi, dan kepada PAUD/TK Kampus Utama Hidayatullah.* (MCU)

Sumber: Mushida.org

Baca juga: Rakernas Muslimat Hidayatullah, Ketum Tekankan Ketahanan Ekonomi Keluarga & Ketahanan Berislam

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *