Ketum DPP: Muharram Momentum Muhasabah untuk 50 Tahun Kedua Hidayatullah

Ustadz Nashirul Haq pada acara “Semarak Muharram 1445 Hijriyah Hidayatullah se-Indonesia”, berpusat di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Induk Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Rabu, 1 Muharram 1445 H (19/7/2023). Ia hadir secara online via Zoom.* [Foto: Youtube Masjid Ar-Riyadh Gunung Tembak]

Ummulqurahidayatullah.id– Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustadz Dr Nashirul Haq mengajak warganya untuk melakukan muhasabah 50 tahun perjalanan lembaga perjuangan Islam ini.

Ajakan tersebut disampaikan Ustadz Nashirul Haq pada momentum Muharram 1445 Hijriyah saat ini. Sekaligus menyongsong usia 50 tahun kedua ormas ini.

Momentum peringatan Muharram, pesan Ustadz Nashirul Haq, dalam rangka menggali sprit dari perjalanan hijrah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

“Yang tentu saja tidak pernah terbatas manakala kita benar-benar aktif untuk melakukan tadabur, melakukan perenungan-perenungan, baik untuk saat ini, maupun untuk perjalanan Hidayatullah ke depan, khususnya 50 tahun kedua,” kata dia.

Hal itu disampaikan pada acara “Semarak Muharram 1445 Hijriyah Hidayatullah se-Indonesia”, berpusat di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Induk Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Rabu, 1 Muharram 1445 H (19/7/2023). Ia hadir secara online via Zoom.

Lebih jauh ia memaparkan, hijrah sejatinya adalah konsekuensi daripada keimanan.

Sebab, 31 kali kata “hijrah” disebutkan dalam Al-Qur’an seringkali disandingkan dengan kata “iman” dan “jihad”. Misalnya, kata Ustadz Nashirul Haq, dalam Surat At-Taubah ayat 20.

“Artinya bahwa keimanan harus dibuktikan dengan hijrah,” imbuhnya menerangkan tadabbur ayat tersebut.

Ustadz Nashirul memaparkan tentang hijrah yaitu secara lahiriyah (fisik/teritorial) dan yang lebih penting yaitu hijrah secara maknawiyah.

Hijrah secara secara fisik, terangnya, yaitu meninggalkan wilayah yang tak memungkinkan pelaksanaan syariat Islam menuju ke tempat yang memungkinkan pelaksanaan syariat Islam.

Hijrah secara fisik ini, menurutnya, saat ini sudah tidak selalu relevan.

“(Di) Indonesia kita sangat terbuka untuk menjalankan syariat,” ujarnya, sementara ada negara lain yang tidak demikian.

Adapun hijrah secara maknawiyah yaitu meninggalkan segala hal tidak terpuji, segala hal yang dilarang Allah, menuju perbuatan menjalankan perintah Allah. “Ini (hijrah) yang selalu relevan,” ujarnya.

Ustadz Nashirul Haq menambahkan, hijrah membutuhkan pengorbanan. Sedangkan jihad juga identik dengan pengorbanan. Baik secara fisik, tenaga, pikiran, waktu, dan pengorbanan segala kemampunan, hingga pengorbanan jiwa.

Hidayatullah sendiri telah menjadikan “harakah jihadiyah” sebagai karakter/jati diri, sehingga selalu ada kesiapan terkait pengorbanan tersebut. “Alhamdulillah!” ungkapnya mensyukuri.

Hijrah juga menunjukkan kita harus memiliki sikap perlawanan terhadap kedzaliman dan kemaksiatan/kemungkaran. Orang yang beriman, tidak pernah merasa nyaman saat berada pada lingkungan yang merusak keimanannya.* (SKR/Media Silatnas Hidayatullah/MCU)

Tonton: PUNCAK SEMARAK MUHARRAM 1445 H | Kokohkan Kebersamaan & Ketaatan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *