Halaqah Tadabbur Al-Qur’an: dari Kebijakan Publik sampai Ujian Poligami

[ILUSTRASI] Kegiatan LPQ Pengurus Harian YPPH Balikpapan bersama pembimbing di Gedung WKP, Gunung Tembak, Rabu (5/7/2023).* [Foto: Abu Jaulah/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Tadabbur al-Qur’an adalah hal yang tak terpisahkan dari mempelajari al-Qur’an.

Demikian disampaikan oleh H. Muhammad Baharun Musaddad, dalam halaqah al-Qur’an bersama pembimbing dan pengurus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan.

Untuk itu, selain memperbaiki bacaan dan menghafal sejumlah ayat, sekali waktu, Ustadz Baharun sapaannya, meminta kepada seluruh peserta halaqah untuk menyampaikan renungan atau lintasan tadabburnya pada surah at-Tahrim.

Kebijakan Publik

Masalah dalam rumah tangga bisa mempengaruhi kebijakan pengambilan keputusan. Itulah pentingnya pondasi agama dalam mendidik keluarga Islam.

Jangan sampai ada kebijakan publik yang merugikan sebagian masyarakat hanya gara-gara persoalan rumah tangga yang tidak mampu diatasi.

Demikian tadabbur oleh Ustadz Baharun menirukan penyampaian H. Hamzah Akbar, Ketua YPPH Balikpapan, mengawali pertemuan halaqah di Kantor WKP Gunung Tembak, Balikpapan, Rabu (7/8/2024).

Selain itu, menurut Ustadz Baharun sendiri, surah yang nomor urut 66 ini juga menyirat pesan lain yang begitu indah, bahwa sesibuk apapun seseorang dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya, menyenangkan istri adalah sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan Nabi.

“Menyenangkan istri bagian dari daftar harian seorang pemimpin. Nabi mencontohkan begitu,” ucap pengajar Al-Qur’an itu menambahkan.

Jangan Umbar Aib Keluarga

Lain lagi yang diutarakan oleh Ustadz Masykur Suyuti. Ketua Lembaga Pendidikan Pengkaderan Hidayatullah (LPPH) Balikpapan, tidak semua masalah apalagi aib dalam keluarga perlu diungkit, apalagi sampai merambah dunia maya atau media sosial.

Arrafa ba’dhahu wa a’radha an ba’dh. Menyampaikan sebagian menyembunyikan sebagiannya kepada yang lain,” ucapnya.

Ia menambahkan, setiap kebaikan itu selalu istimewa. Logika, menurut Masykur, menyebut diksi “muslimat” atau “mukminat” sebenarnya sudah cukup menggambarkan kebaikan seorang perempuan. Namun rupanya ada beberapa narasi selanjutnya. Yaitu, ketaatan, ahli ibadah, ahli taubat, dan ahli puasa.

“Itu menunjukkan setiap amalan istimewa. Namanya bahkan melekat dengan keistimewaannya. Hebatnya, Gunung Tembak, sangat kaya dengan sosok teladan kebaikan yang istimewa,” tambahnya.

Tanamkan Adab

Pentingnya menanamkan adab kepada istri, ketika melakukan hal yang melanggar syariat atau keluar dari etika.

Ini point of view dari tadabbur Ustadz Lukman Hakim. Bahwa suami tanggung jawab sekaligus prinsip sebagai seorang pemimpin.

Ghibah = Virus

Giliran Ustadz Abul A’la Maududi, kali ini ia mengaitkan tadabburnya secara kontekstual sebagai sekretaris yang diamanahi mengatur informasi. “Bahayanya ghibah. Ia virus mematikan,” ujarnya singkat.

Menurutnya, warga pesantren adalah bagian kecil dari peradaban. Semakin banyak warga, semakin tinggi pula potensi konflik kepentingannya.

“Masalah itu jika ada informasi yang tidak tuntas dalam memberi informasi dan yang menerima secara tidak tuntas pula,” sebut Sekretaris YPPH Balikpapan ini.

Jadilah Suami Bijak

“Istri masuk surga dengan tiga ridha. Ridha Allah dan Rasul, ridha orangtua, dan ridha suami,” ungkap Ustadz Amin Mahmud, mengawali tadabburnya dengan menyetir kisah istri Rasulullah, Hafsah yang disebutkan keluar rumah pada malam itu.

“Tapi suami itu harus bijak. Sebab di banyak ayat, Allah Maha Pengampun. Ada juga Allah Mengetahui lagi Maha Bijaksana, dan banyak lagi nama dan sifat-sifat Allah,” lanjut Pembina Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak ini.

Ujian Berpoligami

Kali ini tiba kesempatan menghampiri Ustadz Syamsul Maarif.

“Ini adalah ujian dalam berpoligami. Nabi sendiri sampai mengalami kasus yang sangat berat,” ucapnya.

Menurut ustadz yang diamanahi Kepala Kampus YPPH Balikpapan itu, di sinilah ujiannya. Istri harus taat kepada suami dan suami harus bijak membaca karakter istri dalam poligami.

Tak Boleh Terjebak

Senada, Ustadz Sarbini Nasir berpesan, jadi suami itu harus sabar. Apalagi jadi seorang pemimpin. Kader senior Hidayatullah itu mengingatkan tidak boleh membuat hukum sendiri.

“Ulama tidak boleh terjebak hanya untuk menyenangkan umatnya. Apalagi tentang halal dan haram. Tidak boleh berfatwa sembarangan,” simpul Pengawas YPPH ini.

Semoga Allah Jaga Kita

Terakhir, Ustadz Manandring (Pembina) dan Ustadz Sujaib Saud (Bendahara), masing-masing mengambil tadabbur dari kisah yang menyertai turunnya ayat-ayat pada surah at-Tahrim.

“Semoga Allah menjaga kita semua dengan menutup aib-aib kita semua Itulah sisi buruk lisan yang tidak mampu dikendalikan,” pungkasnya.

Tampak, suasana halaqah pagi itu berbeda dari biasanya. Sebab kali ini rupanya, Ustadz Baharun meminta seluruh peserta halaqah al-Qur’an untuk menyampaikan tadabbur atau renungan hikmah dari surah at-Tahrim, yang terletak pada juz 28 tersebut.* (Abu Jaulah/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *