Pendiri Hidayatullah Ajak Para Kader Saling Mendoakan, Memaafkan, Jaga Silaturahim

Pendiri Hidayatullah KH Hasyim Harjo Suprapto (HS) berceramah pada acara Silaturahim Dai dan Halaqah Murabbi se-Sulawesi di Pesantren Hidayatullah Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang dibuka pada Jumat, 28 Muharram 1444 (26/08/2022).* [Foto: Bashori/Hidayatullah.or.id]

Ummulqurahidayatullah.id– Salah satu pendiri Hidayatullah KH Hasyim Harjo Suprapto (HS) berkesempatan membersamai acara Silaturahim Dai dan Halaqah Murabbi se-Sulawesi yag digelar di Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang dibuka pada Jumat, 28 Muharram 1444 (26/08/2022).

Pada momentum hari pertama usai shalat subuh berjamaah di Masjid Al Amin, Kompleks Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Palu, Jl. Uwe Buro, Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Ustadz Hasyim didapuk memberikan tausyiah di hadapan peserta pewakilan dai Hidayatullah dari dari Pulau Sulawesi ini.

Di hadapan jamaah, beliau memberikan wejangan dengan intonasi datar khas senior Hidayatullah yang murah senyum itu.

“Saya senang bisa berada di depan orang orang yang jelas ilmunya dan di atas saya. Kelebihan saya yang sudah pasti dari jamaah adalah umur,” katanya setengah berseloroh dalam mengawali tausyiah.

Sebagaimana disampaikan pada momen lain, Ustadz Hasyim, demikian ia biasa disapa, melakukan napat tilas dinamika perjuangannya mengawali rintisan Hidayatullah ini.

“Maju saja, nanti Allah berikan ilmu atau perkataan yang menarik orang,” katanya mengenang pesan yang acapkali disampaikan oleh sahabatnya, KH Abdullah Said –sang Pendiri Hidayatullah lainnya, di awal mereka bersama merintis Hidayatullah.

Dari semua pemaparan tentang perjuangannya bersama KH Abdullah Said dan sahabat-sahabatnya, Ustadz Hasyim mengajak jamaah selalu mendoakan Pendiri Hidayatullah tersebut.

“Semoga beliau bahagia dengan amal jariyahnya, menikmati perjuangannya,” ajaknya agar seluruh kader selalu saling mendoakan, memaafkan, dan menjaga silaturahim.

Kesyukurannya adalah masih berada dalam jamaah Hidayatullah selalu disegarkan agar menjadi motivasi bagi generasi pelanjutnya.

Ia juga mengajak agar selalu bisa memaknai hidup di Hidayatullah sebagai hidup yang diatur memiliki visi yang jelas. Dia tekankan bahwa Allah itu Maha Penolong, cuma kadang kadang kita ragu atas pertolongan Allah.

Ia mengatakan, spirit yang didapati selama berinteraksi dengan KH Abdullah Said adalah selalu menyuruhnya maju untuk menyelesaikan tugasnya dengan keyakinan penuh bahwasanya Allah akan menolong selagi niat kita bagus.

“Maju saja, nanti Allah akan tolong selagi niatmu bagus,” kenangnya lagi.

Menurutnya, banyak ide dan gagasan KH Abdullah Said yang kita sendiri tidak paham dan sanggup memahaminya. Menurut pengalamannya, KH Abdullah Said sering mengatakan sesuatu dalam keadaan kita belum punya materi apa-apa.

“Itu sebenarnya pelajaran tauhid tingkat tinggi. Ilahi anta maqshudi wa ridhaka mathlubi, ini bukan ayat bukan hadits, tapi sangat relevan dengan keduanya,” imbuhnya.

Baca juga: Ustadz Abdul Rahman: Jadi Santri Harus Totalitas

Dahulu saja, kenangnya, tidak ada fasilitas. Yang ada hanya taat dan semangat, erja keras, ibadah keras, itu menjadi nyanyian sehari-hari, kerja hingga larut malam.

Kala itu, kader Hidayatullah ditugaskan ke mana-mana mudah karena taat, meyakini bahwa Allah itu Maha Kuasa, mengerti kebutuhan orang. Inilah, kata dia, yang menjadi penyemangat hari ini.

“Dulu belum ada apa-apa, kami dulu, tidak pernah berbicara fasilitas dan hal-hal yang bersifat keduniaan,” tuturnya.

“Apakah sudah menjadi rumus ya? ketika jalan kaki semangat luar biasa namun ketika sudah ada fasilitas justru spirit itu berkurang,” selorohnya ringan.

Makanya, kata dia, rubrik dalam Majalah Suara Hidayatullah yang duluan ia baca adalah Serial Dai, dengan harapan semangat berdakwah masih tetap diwarisi oleh generasi hari ini.

Terlebih lagi, jika spirit yang dimaksud selalu ia kaitkan dengan contoh yang diperagakan di awal-awal rintisan ormas Islam yang sudah berada di seluruh provinsi ini.

Dengan semangatnya yang tinggi KH Abdullah Said secara rutin mengimami shalat tahajjud selama rata rata 4 jam setiap malamnya.

Meski sang kiai bukan hafizh Qur’an 30 juz, menurutnya, mampu menerapkan isi yang terkandung di dalamnya, melalui praktik-praktik peradaban Islam di semua kampus Hidayatullah se-Indonesia.

Di ujung tausyiah, beliau berpesan, “Mari saling mendoakan dalam kebaikan dan jangan saling menyakiti karena itu menjadi penghalang pertolongan Allah”.*/Muhammad Bashori

Sumber: Hidayatullah.or.id

Baca juga: Masjid Ar-Riyadh Tambah Mengkilat, Dibersihkan Petugas Bandara Internasional

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *