Ketika Kepelikan Melanda Ibu Rumah Tangga

[Ilustrasi: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id- Beberapa pekan belakangan ini, banyak topik random yang silih berganti harus kunikmati dengan perasaan yang stabil.

Mulai dari sisa uang di dompet yang tinggal 50.000 rupiah, iya rupiah bukan euro apalagi dinar. Sementara kebutuhan yang harus dipenuhi masih begitu banyak.

Seperti biasa, bersabar adalah jalan ninjaku yang tak pernah menyesatkan, dan seringkali keajaiban itu datang efek dari kesabaran.

Seperti sore itu, dalam kondisi dompet yang mulai kemarau, tiba-tiba si sulung masuk ke dalam rumah sambil melambai-lambaikan selembaran Rp 50.000. Saat kutanya dari siapa, ia menjawab dari Pak Ustadz.

MasyaAllah, perasaan yang sedang melow seketika disentak dengan realita itu. Alhamdulillah begitu dekatnya Allah jika kita bersabar.

Belum usai keterkejutan itu, esoknya muncul kabar dari suami jika ada kemungkinan kami akan pindah tugas. Hati tiba tiba menjadi berkabut. Rasanya aku baru menikmati pekerjaan di sini tapi apa boleh buat.

Bagi kami penugasan adalah hal yang tak bisa ditawar. Biasa terjadi seperti matahari yang terbenam di barat.

Di tengah kegundahan yang berusaha kuabaikan, aku menjalankan tugas rutinku, yakni memandikan tiga permaisuri kecil di rumah. Naasnya ritual mandi sore kali ini ditutup dengan kejutan di luar nalar oleh si sulung.

Sabun mandi cair yang baru ditukar empat hari lalu seketika tinggal kenangan. Hal yang kusesali aku tak mampu menahan letupan perasaan yang akhirnya terlampiaskan kepada anakku.

Bersyukur kesungutan tidak merambat sampai besok pagi. Aku pun masih ingat untuk menebus dosa dengan meminta maaf pada sulung si cerdas.

Aku tersadar bahwa iman kita benar-benar fluktuatif dan hanya Allah satu-satunya yang tidak pernah berubah. Terkadang kita merasa cukup mampu mengendalikan apa saja yang ada pada diri kita. Mungkin karena merasa bahwa ini adalah ‘milik saya’, apapun yang terjadi atau kelak terjadi seakan akan bisa diprediksi.

Padahal kenyataannya, Allah yang merajai seluruh apa saja yang ada di dunia ini. Termasuk perasaan kita. Sesuatu yang tersirat bahkan tak kasat mata Allah jualah yang menguasainya. Bak roda yang berputar. Kadang di atas kadang di bawah.

Namun Allah Sang Maha Rahim tentu tidak akan membuat hambanya diliputi keputusasaan bagi siapa saja yang masih berharap pada-Nya.

Dialah yang membolak balik hati hamba-Nya. Maka mintalah pada-Nya.”Yaa muqallibal quluub, tsabbit qolbi ala diinik!”Demikianlah betapa luasnya Rahim Allah kepada hamba-Nya.

“Wahai yang Maha membolak balikkan hati. Tetapkanlah hatiku pada agama-Mu!” Sama halnya dengan masalah- masalah keduniawian ini.

Ada saatnya kita beriman, ada saatnya kita berdosa. Ada saatnya kita bermaksiat dan ada saatnya kita bertaubat. Semuanya mengalami perubahan.

Maka siapa saja yang tidak mau berubah ke arah yang lebih maju dalam hal kebaikan, pasti ia akan tergilas oleh dosa-dosanya sendiri dan semakin tersesat ke jurang nun dalam. Sebuah kutipan menyebutkan, “Jika dunia kita Jadikan sandaran, ke depan kita akan memanen kekecewaan. Sebaliknya Jika kita hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran, insyaAllah dengan rahmat dan ridha Allah, kita akan dijauhkan dari sifat kecewa pada dunia”. Wallahu ‘alam bishshawab.

Selesai menulis tulisan di atas, penulis telah pindah tugas. Alhamdulillah, segala kesyukuran hanya bagi Allah yang mempermudah urusan penulis.* (Rifqiyati Hudayani/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *