“Tiki Taqwa” Maroko yang Mengaduk-aduk

Timnas Maroko pada Piala Dunia 2022 di Qatar.* [Foto: NurPhoto via Getty Images/edited by MCU]

Ummulqurahidayatullah.id | SETELAH Randal Kolo Muani mencetak gol ke gawang Yassine Bounou di menit ke-79, saya bergegas pergi keluar meninggalkan keseruan pertandingan Prancis versus Maroko.

Laga yang digelar di Al Bayt Stadium, Qatar, mulai Rabu (14/12/2022) pukul 22.00 waktu Qatar itu menyetop hasil positif beruntun Timnas Sepakbola Maroko pada Piala Dunia 2022 (4 kemenangan dan 1 imbang).

Awalnya, kehadiran Maroko di Piala Dunia 2022 belum begitu viral. Hingga tim besutan Walid Regragui itu berhasil mengalahkan tim peringkat 2 FIFA, Belgia, pada babak penyisihan.

Sorot mata jutaan penonton Piala Dunia mengarah ke timnas Maroko. Setidaknya ini terlihat dari unggahan para netizen yang berseliweran di jagat media sosial.

Berbagai video, foto, berita, flyer, dan konten-konten lain ramai mengumbar sisi menarik timnas Maroko. Dukungan dari publik Indonesia pun mengalir deras, terutama kalangan Muslim, terhadap timnas Singa Atlas itu.

Apalagi setelah Maroko berhasil mengalahkan raksasa Spanyol pada babak 16 besar, lalu membungkam Portugal pada babak 8 besar. Euforia dukungan terhadap Hakim Ziyech Cs semakin bergelombang.

Permainan Maroko memang luar biasa, mengandalkan banyak transisi cepat antarposisi pemain.

Saya, atau mungkin anda, selalu dibuat gemas tatkala pemain belakang Maroko bermain-main di area gawang mereka sendiri, bahkan sang kiper ikut serta, justru saat pemain lawan tengah mendesak. Termasuk ketika Maroko mempecundangi Spanyol yang dikenal dengan gaya permainan tiki-takanya.

“Keberhasilan Maroko karena menerapkan sepak bola tiki taqwa,” tulis warganet @fitrasetiawan16 di Twitter (12/12/2022).

Diksi “tiki taqwa” ini menjadi pembahasan menarik di lini masa media sosial.

“Walid Ragrigui sang pelatih Maroko ini telah menerapkan tiki-taqwa yang saya sebut sebagai sebuah gaya bermain penuh hati-hati hingga detik terakhir. Ternyata berhasil membunuh gaya bermain tiki-taka yang dibawa oleh Enrique saat memetakan strategi bagi Spanyol,” ulas seorang penulis di Kompasiana, Albar Rahman (07/12/2022).

Tentu tak berlebihan jika “taqwa” dibawa-bawa ke dalam urusan sepakbola. Alih-alih soal si kulit bundar saja, Piala Dunia 2022 di Qatar justru sangat banyak yang mengesankan secara spiritualitas.

Termasuk dari Timnas Maroko yang berhasil menyedot perhatian publik dunia, mulai dari aspek sepakbola hingga aspek sosial, ideologi, bahkan politik.

Misalnya, viralnya sejumlah pemain Maroko, seperti Achraf Hakimi, yang mempertontonkan keakraban dengan orangtua mereka masing-masing di stadion. Pemandangan yang diakui langka di dunia Barat.

“Such a special moment 🥹. This celebration between Sofiane Boufal and his mum 🇲🇦❤️,” puji akun resmi FIFA di Instagram @fifaworldcup menayangkan video momen kemesraan pemain sayap kiri Maroko itu dan ibunya di lapangan (14/12/2022).

Atau tradisi pemain dan official Maroko bersujud syukur di lapangan usai pertandingan, bahkan meskipun kalah.

Begitu pula, viralnya dukungan pemain dan suporter Maroko terhadap Palestina yang masih dijajah oleh Zionis-Israel. Yel-yel dan aksi-aksi dukungan mereka terhadap Baitul Maqdis sungguh terdengar dan terlihat mengharukan dan membanggakan.

Semua fenomena itu berhasil mengaduk-aduk emosi para pendukung Maroko. Kehadiran Negeri Magribi itu bahkan dinilai telah mempersatukan bangsa Arab, Afrika, dan sebagian Asia khususnya kaum Muslimin.

Uniknya pula, tak sedikit pendukung timnas lain di Piala Dunia yang beralih dukungan ke Maroko atau setidaknya membagi dukungannya. Misalnya, pendukung Neymar Cs (Brazil), pendukung Ronaldo Cs (Portugal), pendukung Messi dkk, dan lain sebagainya pada membela Maroko. Alasannya karena faktor ideologi Islam.

“Sejujurnya saya pendukung Argentina. Tapi kalau Maroko juara Piala Dunia, saya ridha,” ungkap kawan senior saya, seorang pegawai negeri, saat berjumpa di kampung kami, kala Piala Dunia 2022 memasuki babak 16 besar.

Menariknya pula, sejumlah tokoh yang selama ini aktif berdakwah di media sosial, tak ketinggalan memberikan dukungan atau minimal perhatian kepada Maroko.

“Saya bukan penggemar bola. Piala dunia ini pun saya belum pernah nonton satu pun pertandingan. Tetapi ada yang berbeda pada perhelatan kali ini, yakni pertandingan ideologi, keyakinan, sikap dan akhlaq. Ketika seseorang atau “sebuah negara” tersingkir, maka di saat itulah kita melihat kualitas akhlaq dan integritasnya. Begitu pula ketika ada yang meraih kemenangan.

Ada hal yang menjadi perhatian saya. Apa itu? Akhlaq. Inilah PR kita, bagaimana mendidikkan akhlaq Islam kepada anak-anak kita, termasuk pada diri sendiri. Ketika Maroko menang, para pemainnya tidak merendahkan lawan yang kalah. Mereka menunjukkan sikap respek. Mereka menunjukkan simpati dan empati sekaligus sikap yang hangat. Sampai-sampai media online milik FIFA pun menampilkannya,” tulis pakar parenting Mohammad Fauzil Adhim lewat IG-nya, @mohammadfauziladhim (12/12/2022).

Takluk dengan skor 2-0 dari Prancis menggagalkan misi Maroko menembus Final World Cup tahun ini. Sejujurnya ada terbersit kekecewaan. Sepertinya begitu yang dirasakan banyak pendukung Maroko. Senang sekaligus sedih, bangga sekaligus kecewa, teraduk-aduk dalam satu hati.

“Pencapaian luar biasa Maroko (pertama kalinya negara Afrika yang) sampai di semifinal. Nyentuh kali, kok saya sedih? Apa ini karena persuadaran kita meskipun tidak saling kenal. Baru kali ini Piala Dunia bikin saya nangis,” curhat seorang kawan di Sulawesi melalui WhatsApp.

Saya sih berusaha tetap menstabilkan emosi. Makanya, sebelum laga semifinal pada Kamis (15/12/2022) dinihari waktu Indonesia tengah itu selesai, saya memilih undur diri dari nobar.

Selain tak ingin sampai larut bersedih atas kekalahan Maroko, juga karena waktu subuh segera tiba untuk wilayah Kalimantan Timur. Ini penting.

Sebuah nasihat menghibur dari Ketua Bidang II Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan, Habib Lukman Hakim Alatas, “Kepada para pendukung Maroko, kalian kalah 2-0 dalam urusan dunia, jangan sampai dalam urusan akhirat, kelepasan 2 rakaat sebelum shubuh,” tulisnya di status WhatsAppnya.

Ia juga menulis, jangan sampai gegara nonton Piala Dunia, justru seorang Muslim tidak sempat shalat tahajud, “meskipun cuma 1 rakaat!”

Cukuplah perasaan yang diaduk-aduk dalam perhelatan ini, ibadah jangan terganggu!*

(Abdus Syakur/pegiat sepakbola di Kampus Induk Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak)

Baca juga: Liga LPPH, Eratkan Ukhuwah Warga Hidayatullah Lewat Sepakbola

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *