Imam asal Arab Saudi, Syaikh Al-Ausi, ‘Kecantol’ Masjid Ar-Riyadh Balikpapan

Syaikh Abdurrahman Jamal Al-Ausi memimpin shalat subuh berjamaah di Masjid Ar-Riyadh Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim, Selasa, 18 Ramadhan 1446 H (18/3/2025).* [Foto: @SKRsyakur/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Syaikh Abdurrahman Jamal Al-Ausi tak mampu menyembunyikan kekaguman dan apresiasinya terhadap Masjid Ar-Riyadh yang dikunjunginya baru-baru ini dalam kegiatan safari dakwah Ramadhan 1446 H di sejumlah daerah di Indonesia.

Masjid dengan ikon dua kubah kembar itu terletak di pinggir jalan poros Kota Balikpapan – Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur menjadi salah satu destinasi yang disambanginya selama berada di Balikpapan.

Menurut imam dan khatib asal Arab Saudi tersebut, Masjid Ar-Riyadh tersebut terbilang memiliki keistimewaan yang komplit yang tak didapatinya di masjid-masjid lain.

Diakuinya, ada suasana dan romansa berbeda dari masjid-masjid yang dikunjunginya sejak melakukan safari dakwah di berbagai daerah selama sekitar sepuluh tahun di Indonesia.

Hadza min ajmal al-masajid alladzi shallaitu fiha fi Indonesia mundzu asyru sanawat, min ajmali al-masajid tashmiman, ardhiyat, kadzalika shautiyyat, kadzalika raha nafsiyyah, wa a’zhamu dzalika huwa al-ismu ar-Riyadh,” ungkapnya membeberkan kekaguman dan kesyukurannya di Masjid Ar-Riyadh, Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Selasa, 18 Ramadhan 1446 H (18/3/2025).

Diterangkan oleh Muzhirul Haq, dosen Pendidikan Ulama Zuama STIS Hidayatullah yang didapuk jadi penerjemah, Syaikh Al-Ausi “jatuh hati” dengan Masjid Ar-Riyadh dikarenakan beberapa faktor.

“Syaikh senang shalat di Masjid Ar-Riyadh karena desain dan arsitektur bangunannya, penataan suara, hingga lantainya yang dingin,” ucapnya menjelaskan kepada ratusan jamaah yang memadati Masjid Ar-Riyadh.

“Faktor lainnya, syaikh juga menemukan ketenangan hati dan kedamaian jiwa dan utama adalah nama ‘ar-Riyadh’itu sendiri,” lanjutnya menerjemahkan testimoni qari internasional tersebut.

Sebelumnya, dijelaskan dalam sambutan pengurus yayasan yang diwakili oleh Habib Lukman Hakim Alaththas, bahwa penamaan Masjid Ar-Riyadh ini diberikan langsung oleh duta besar Kerajaan Arab Saudi yang berkunjung ke Hidayatullah Gunung Tembak pada tahun 1980-an silam.

“Waktu itu masjid ini masih berupa bangunan kayu, kampus Gunung tembak sendiri masih dalam tahap awal perintisan,” terang Habib Lukman menceritakan sejarah Masjid Ar-Riyadh.

Dikutip dari catatan harian (almarhum) Ustadz Manshur Salbu, pembangunan masjid (kayu) Ar-Riyadh pertama kali diawali pada hari Senin, 14/3/1976 dengan ukuran bangunan 20 meter kali 10 meter. Seluruhnya dikerjakan secara swadaya dan mandiri oleh para santri senior yang membersamai KH Abdullah Said, tokoh penggagas Hidayatullah.* (Abu Jaulah/Media Center @Ummulqurahidayatullah)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *