Dua Warisan Nilai KH Abdullah Said, Apa Itu?

Ummulqurahidayatullah.id– Anggota Dewan Pertimbangan Hidayatullah Dr. Ir. Abdul Aziz Qahhar M.Si menyebutkan ada 2 warisan nilai yang ditinggalkan oleh Pendiri Hidayatullah Allahuyarham KH Abdullah Said.

Dua warisan itu, jelasnya, amat berharga dan mempengaruhi perjalanan Hidayatullah. Kedua warisan nilai tersebut adalah Sistematika Wahyu dan Imamah Jamaah.

“Warisan nilai ini memegang peranan penting, bahkan terpenting, dalam mengawal spirit perjuangan. Karena Hidayatullah bisa eksis -dengan izin Allah- dan menyebar ke seluruh Indonesia secara cepat adalah karena adanya dua konsep perjuangan ini,” kata Aziz.

Hal itu disampaikan Aziz dalam tausyiah di sela-sela gelaran Daurah Marhalah Wustha se-Papua Barat di hadapan warga, kader, dan jamaah shalat shubuh di Kampus Pesantren Hidayatullah Manokwari, Papua Barat, Selasa, 22 Dzulqaidah 1443 (21/06/2022).

Menurut Aziz, Islam berdasarkan kepemimpinan bersifat mutlak, berdasarkan dalil Qur’an dan fakta sejarah yang dibangun oleh Rasulullah. Prinsip imamah jamaah inilah, terang Aziz, yang melatari obsesi KH Abdullah Said dalam menyebarkan gerakan dakwah Hidayatullah ke seluruh penjuru Indonesia.

“Para santri awal Hidayatullah dibekali dengan satu keyakinan yang tinggi bahwa ‘jual beli’ dengan Allah pasti melahirkan pendampingan, penjagaan hingga pertolongan Allah yang selalu up to date diturunkan kepada setiap pihak yang total mengurus agama-Nya dan mendakwahkannya,” jelasnya,

Baca juga: Resep Ustadz Hasyim HS Masih Bugar Meski Berusia Senja

Mantan senator di DPD RI tiga periode dapil Sulsel ini menegaskan, warisan Sistematika Wahyu dan Imamah Jamaah harus menjelma dalam 2 dimensi yang saling menguatkan yakni dimensi kajian keilmuan dan dimensi praktik.

“Dua dimensi ini harus berjalan secara seiring di tengah tantangan dakwah yang semakin variatif dan jauh berbeda dengan tantangan dakwah di periode-periode sebelumnya,” katanya mengingatkan.

Dia menguraikan, apabila dimensi kajiannya lebih dominan, akan lahir pemikir-pemikir yang sangat paham manhaj dakwah Hidayatullah secara teoritis, namun “ciut nyali” saat mendapat tugas dakwah ke lapangan. Apatah lagi ke daerah ekstrem semisal Irian Jaya (sebelum menjadi Papua).

“Tapi jika minus keilmuan dan hanya bersandar pada semangat dakwah tanpa memahami dengan baik hakikat dan metodologi dakwah, maka pelaku dakwah akan tertinggal dan dikhawatirkan tidak mampu meladeni dinamika yang berlaku ditengah umat,” jelasnya.

Untuk itu, Aziz mengimbuhkan, adanya keseimbangan antar dimensi tersebut akan menumbuhkan soliditas dan harmoni. Sebaliknya, manakala kedua dimensi terjadi ketimpangan, maka akan memantik disparitas dan disharmoni.* (Naspi Arsyad)

Sumber: Hidayatullah.or.id

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *