Diskusi JITU: Santri Hidayatullah Ribuan, Apa Tak Ada yang Dijadikan Jurnalis?
Ummulqurahidayatullah.id– Jurnalis Islam Bersatu (JITU) menggelar Diskusi Jurnalistik dengan tema “Proyeksi 2023, Kemana Arah Media Islam & Jurnalis Muslim?”, Kamis (29/12/2022) malam.
Di antara yang didiskusikan pada kesempatan itu, soal fenomena menurunnya kiprah media-media Islam dalam mengawal isu-isu keumatan secara konsen dan istiqamah. Terutama lewat peliputan di lapangan.
Oleh karena itu, mencuat harapan, bagaimana ormas-ormas Islam, seperti Hidayatullah, Persatuan Islam (Persis), dan lain sebagainya tetap tampil menguatkan media-media Islam di Indonesia.
Hidayatullah, misalnya, yang saat ini santrinya mencapai 45.999 berdasarkan data resmi Dikdasmen DPP Hidayatullah per 29/12/2022.
“Hidayatullah santrinya ribuan, itu apa gak ada, 2 orang misalnya, yang dijadikan jurnalis, liputan ke lapangan, wawancara, dan lain-lain,” ujar Ketua Umum JITU periode 2018-2021 Bang Pizaro Ghozali pada diskusi virtual via Zoom itu.
Menurut Pizaro, media-media Islam sekarang sudah tertinggal dari media-media umum. Jangankan pada isu-isu umum, bahkan isu-isu berbasis keislaman pun, media Islam ketinggalan.
“Umat sekarang akhirnya lebih banyak meng-update ke media-media umum itu,” ujar pria yang juga pernah beberapa tahun menjadi jurnalis media asing internasional ini.
“Saya harap media-media Islam itu bisa aktif kembali, minimal pada isu-isu keislaman,” ujarnya, misalnya seputar aqidah dan sebagainya.
Meskipun sebenarnya, kata dia, media-media Islam tak hanya sebatas isu-isu itu, bisa mencakup isu keumatan dan kebangsaan yang lebih luas.
Kaderisasi Jurnalis
Menimpali itu, Ustadz Mahladi, Dewan Syuro JITU yang juga jurnalis senior media Hidayatullah, mengakui bahwa saat ini media-media Islam mengalami penurunan.
Bahkan menurutnya, kondisi media Islam saat ini sedang terpuruk. Hal ini tak lepas dari fenomena kondisi ekonomi para pekerja media Islam yang juga terpuruk. Ini manusiawi, kata dia.
Oleh karena itu, salah satu upaya penting untuk meretas problem tersebut yaitu dengan melakukan kaderisasi SDM jurnalistik.
JITU, misalnya, mulai kembali melakukan perekturan anggota jurnalis dan pegiat media sosial yang gairah keislamannya tinggi.
“Itu PR kita, kuncinya memang di SDM,” imbuhnya.
Di Hidayatullah sendiri, Ustadz Mahladi mengakui saat ini kekurangan orang yang konsen ke dunia tulis menulis. “Kita merasa kesulitan,” sebutnya, berbeda kondisinya dengan dulu.
Kaderisasi jurnalis memang penting, baik yang dilakukan secara kelembagaan maupun secara personal, seperti yang saat ini diakui sedang dilakukan Pizaro secara pribadi.
“Lakukan kaderisasi sebisa saya,” ujar Pizaro yang pernah aktif sebagai jurnalis Majalah Suara Hidayatullah dan Hidayatullah.com di Jakarta ini.
Diskusi tersebut diikuti belasan jurnalis, termasuk Ketua JITU Saifal, seorang wartawan televisi nasional swasta yang berkantor di Bandung, Jawa Barat. Hadir pula Ketua Media Center Ummulqura (MCU) Hidayatullah Gunung Tembak, Abdus Syakur, yang juga merupakan anggota JITU perwakilan Hidayatullah media.
Sebenarnya, selama ini sudah cukup banyak santri Hidayatullah yang terjun ke dunia jurnalistik. Mereka berkiprah di berbagai media, terutama Majalah Suara Hidayatullah dan Hidayatullah.com (Kelompok Media Hidayatullah).
Namun memang, sangat dirasakan bahwa ketersediaan SDM santri yang memadai belum mampu menjawab tingginya kebutuhan kader jurnalis dan pegiat multimedia Islam saat ini.
Itulah mengapa, beberapa tahun ini belakangan ini MCU gencar melakukan kaderisasi jurnalis dan pegiat multimedia dari kalangan santri dan mahasiswa Hidayatullah, khususnya di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak.* (SKR/MCU)
Baca juga: MCU Gencarkan Kaderisasi Jurnalis-Pegiat Multimedia, Bersinergi dengan STIS Hidayatullah
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya