‘All Eyes on Rafah’ Viral, Publik Dunia Desak Penjajah Zionis Hentikan Genosida di Gaza

Ummulqurahidayatullah.id– Viral ‘All Eyes on Rafah’ ( ‘Semua mata tertuju pada Rafah’) di media sosial yang menunjukkan kepedulian terhadap Rafah, Palestina. Masyarakat global menyerukan penjajah Zionis-I5rael agar menghentikan genosida di Palestina.

Pantauan Media Center Ummulqura, cuitan “ALL EYES ON RAFAH” menjadi trending topic di X (dulu Twitter).

“Apa itu Rafah? Rafah adalah satu-satunya kota yang tersisa di Gaza, ‘Setelah Rafah, kami akan mengungsi ke surga,” ucap salah satu warga Gaza,” bunyi pesan pada salah satu gambar yang diunggah di X (29/5/2024).

“Dia berdiri di depan tenda, melihat ayahnya dibakar hidup-hidup, lalu berkata: “Ayahku sudah tiada dan aku ingin bersamanya.” Jumlah rasa sakit dan traumanya tak terbayangkan. ALL EYES ON RAFAH #freePalestine,” tulis akun @icannn*** di X baru-baru ini.

Dalam banyak kesempatan, Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad menegaskan sekaligus mendesak kaum Muslimin untuk terus mendukung Palestina, terutama Gaza, lewat berbagai langkah yang bisa dilakukan. Yang paling memungkinkan saat ini yaitu dengan doa dan dana.

“Tidak ada infaq yang lebih baik daripada infaq membebaskan tanah suci Palestina,” ujar sang kiai di Gunung Tembak, Balikpapan, beberapa waktu lalu.

Baru-baru ini, dilaporkan oleh Sahabat Al-Aqsha dari Aljazeera, Save the Children mengatakan bahwa penjajah ‘Israel’ laknatullah membunuh 66 warga Palestina dalam empat hari serangan—ke lokasi yang penjajah klaim sepihak sebagai “zona aman”—di Rafah, Gaza Selatan.

Yang lebih parah lagi, serangan biadab tersebut terjadi kurang dari seminggu setelah Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan ‘Israel’ untuk segera menghentikan serangannya di Rafah.

Lembaga bantuan internasional tersebut mengatakan bahwa di antara 66 korban syahid, sebagian besarnya anak-anak dan perempuan. Mereka menyerukan dilakukannya tindakan segera untuk melindungi warga sipil di Rafah dan seluruh Jalur Gaza.

“Bukti apa lagi yang dibutuhkan para pemimpin dunia untuk menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang aman bagi anak-anak dan keluarga di Gaza?” ujar Xavier Joubert, Direktur Save the Children untuk wilayah Palestina yang diduduki.

“Mereka secara permanen, terus-menerus, melarikan diri untuk menyelamatkan nyawa mereka, dari satu zona berbahaya ke zona berbahaya lainnya. Dan mereka tidak melarikan diri secara sembarangan. Mereka pergi ke daerah yang diperintahkan ‘Israel’ untuk mereka datangi… Kemudian mereka diserang,” kata Joubert.

Bagi mereka yang belum mendapati serangan senjata peledak yang ditembakkan langsung ke wilayah sipil, mereka menderita akibat kelaparan yang lambat dan menyakitkan.

“Kesehatan mental dan fisik anak-anak berada dalam kondisi yang sangat buruk, karena mereka menderita pukulan mental yang tak terbayangkan akibat kekerasan, cedera fisik yang serius. Termasuk kehilangan bagian tubuh, maupun kehilangan keluarga, rumah, dan sekolah mereka,” tambahnya.

*Paramedis pun Digempur*

Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) telah menemukan jenazah dua paramedisnya yang syahid akibat serangan penjajah ‘Israel’ di daerah Tal as-Sultan, Rafah, Gaza selatan, Rabu (29/5/2024) malam.

Kedua paramedis—Haitham Tubasi dan Suhail Hassouna—syahid ketika serdadu zionis laknatullah mengebom ambulans yang mereka kemudikan, menurut PRCS.

“Pasukan pendudukan ‘Israel’ dengan sengaja mengebom kendaraan ambulans tersebut, meskipun kendaraan tersebut memiliki lambang Bulan Sabit Merah yang dilindungi secara internasional,” kata PRCS dalam postingan di X.

Sejak 7 Oktober, 19 petugas medis PRCS telah terbunuh di Gaza saat sedang bekerja, menurut organisasi tersebut.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengutuk pembunuhan paramedis yang sengaja dijadikan target oleh penjajah zionis.

Kementerian itu menyebut serangan tersebut sebagai “kejahatan keji” yang menegaskan niat militer ‘Israel’ untuk memusnahkan sistem kesehatan Gaza.

Selama agresi genosida di Gaza ini, penjajah ‘Israel’ telah membunuh sedikitnya 493 petugas kesehatan, termasuk perawat, paramedis dan dokter, serta menyebabkan banyak lagi yang terluka, menurut kementerian tersebut.* (SKR/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *