35 Tahun Majalah Suara Hidayatullah, Ini Harapan MCU Gunung Tembak

Ummulqurahidayatullah.id– Bulan Mei 2023 ini (bertepatan dengan Syawal 1444H), majalah dakwah nasional, Suara Hidayatullah, berusia 35 tahun.
Mengambil momentum itu, Media Center Ummulqura (MCU) Hidayatullah, sebagai wadah media di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak menyampaikan ucapan selamat.
“Barakallah! Selamat atas Majalah Suara Hidayatullah yang telah berusia 35 tahun, sebuah usia yang dirasa cukup panjang untuk ukuran media Islam,” ujar Ketua MCU, Bang Muhammad Abdus Syakur di Gunung Tembak, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (06/05/2023).
Menurutnya, merupakan sebuah kebanggaan sekaligus kesyukuran bahwa Majalah Suara Hidayatullah masih tetap eksis di tengah gempuran media sosial.
Hal itu mengingat belakangan ini sudah banyak media massa, terutama media cetak, yang tutup usia karena berbagai faktor. Baik media yang berskala lokal, nasional, maupun internasional.
MCU pun menyampaikan sejumlah harapannya kepada pengelola Majalah Suara Hidayatullah terkait media dakwah nasional yang didirikan oleh Allahuyarham KH Abdullah Said (Pendiri Hidayatullah).
Semakin Eksis, Inovatif, & Kreatif
Pertama, MCU berharap semoga Majalah Suara Hidayatullah semakin eksis pada era kekinian.
“Mampu tampil di hadapan publik dengan semakin inovatif dan kreatif,” ujar Abdus Syakur yang pernah sekitar 10 tahun berkecimpung langsung di kantor Majalah Suara Hidayatullah di Jakarta.
Ia menilai, beberapa tahun belakangan ini, Majalah Suara Hidayatullah tampil dengan berbagai kreasi, berkesesuaian dengan perkembangan zaman.
“Misalnya, Majalah Suara Hidayatullah sudah merambah dunia digital, hadir menyapa pembaca lewat aplikasi berbasis gadget –tanpa harus bersentuhan dengan majalah cetak,” sebutnya.
Selain itu, Suara Hidayatullah juga sudah merambah dan memperkuat dakwah di media sosial.
“Kita lihat belakangan ini akun Youtube Majalah Sahid @MajalahSahid cukup intens mengudara dengan berbagai siaran programnya,” ujar Abdus Syakur yang saat ini masih tercatat sebagai dewan redaksi majalah itu.
Kaderisasi Jurnalistik-Multimedia
Kedua, MCU berharap Majalah Suara Hidayatullah mampu melahirkan kader-kader jurnalis dan pegiat multimedia dari rahim Hidayatullah. Setidaknya, mengkoordinasikan proses pencetakan kader-kader tersebut.
“Kita punya santri dan mahasiswa di berbagai kampus Hidayatullah di Indonesia. Banyak di antara mereka yang memiliki bakat dan potensi pada bidang jurnalistik/multimedia. Ini merupakan salah satu potensi Majalah Suara Hidayatullah untuk merekrut kader-kader jurnalistik-multimedia,” ujarnya.
Silaturahim ke Kampus-kampus
Oleh karena itu, MCU mengusulkan agar pengelola Majalah Suara Hidayatullah rajin-rajin bersilaturahim, menyapa langsung para pemangku kepentingan di berbagai kampus Hidayatullah.
“Ada 1 Kampus Induk di Gunung Tembak dan 7 Kampus Utama di 7 kota berbeda. Minimal itu dulu bisa dikunjungi pengelola Majalah Suara Hidayatullah,” ujarnya.
Dalam kunjungan ke berbagai Kampus tersebut, Abdus Syakur meyakini akan ada banyak hal yang bisa diselaraskan dan disinergikan.
“Kaderisasi jurnalis dan pegiat multimedia adalah harga mati saat ini, bahkan sebenarnya sejak jauh waktu sebelumnya. Kita sudah punya banyak ustadz dan dai penceramah di mimbar-mimbar masjid. Tapi kita masih sangat minim dai-dai yang mampu berdakwah lewat tulis menulis dan multimedia serta bersedia lebur ke media resmi Hidayatullah,” sebut Abdus Syakur.
“Kampus Induk Gunung Tembak insya Allah siap terus mendukung berbagai program demi eksistensi dakwah melalui media massa, termasuk Majalah Suara Hidayatullah,” sebutnya.
Lebih jauh, ia menambahkan, terkait kaderisasi tersebut, perlu melibatkan berbagai pihak pada 8 kampus itu, terutama dari pengurus Yayasan dan pengelola pendidikan termasuk Perguruan Tinggi Hidayatullah.
Untuk diketahui, Majalah Suara Hidayatullah didirikan oleh KH Abdullah Said bersama dua perintis lainnya yaitu (Almarhum) Ustadz Manshur Salbu dan Ustadz Abdul Latief Usman.
Meskipun dirintis di Balikpapan pada awal-awal berdirinya lembaga Hidayatullah, namun Majalah Suara Hidayatullah dicatatkan secara resmi berdiri pada Mei 1988. Saat itu, pengelolaan majalah ini dipindahkan dari Balikpapan ke Kota Surabaya agar bisa dikelola secara profesional.
“Salah satu faktor penentu eksisnya dakwah Majalah Suara Hidayatullah adalah jamaah. Oleh karena itu, mari kita beli majalahnya, baca isinya dan amalkan semampu kita,” ujar Abdus Syakur yang nyaris seusia majalah ini -beda tiga bulan saja.* (SKR/MCU)


Assalamualaikum..Aku ditinggal istriku 9bln lalu.aku sangat rindu sekali meskipun dalam mimpi. Dan 3 anakku .aku tanjakan apakah pernah mimpi ketemu…
Dakwah Hidayatullah di Papua terlalu eksklusif hanya menyasar pendatang sejak dulu. Indikatornya jelas, semua pondok pesantrennya tidak punya santri asli…
istri n anak kembali 01 02 2023.. ampuni sgla d0sa2 istri q ya Allah. n buat para laki2 yg ditinggal…
Hal yg sama saya rasakan pada istri yg telah meninggal hampir 2 tahun lalu, rindu ini sangat sering, terkadang tanpa…
kalau uda khatam arbainnya di halaqoh mestinya tdk terjadi yg sperti ini