Ustadz Ghofar Hadi: Mahasiswa Harus Meneladani KH Abdullah Said

Ustadz Abdul Ghofar Hadi di Balikpapan.* [Foto: Asrijal/MCU]

GUNUNG TEMBAK– Bertempat di Asrama Pendopo STIS Hidayatullah, Ustadz Abdul Ghofar Hadi tidak membuang kesempatan yang diberikan oleh Wakil Ketua III STIS Hidayatullah, Ustadz Arifuddin, untuk bersilaturahim bersama semua mahasiswa.

Ustadz Ghofar memulai dengan mengajak mengingat kembali bagaimana sejarah sang Pendiri Hidayatullah Allahuyarham KH Abdullah Said dalam memperjuangkan tegaknya Islam di dalam kesehariannya.

“Beliau (Allahuyarham) itu bukan orang biasa, beliau itu senang sekali berjuang, di usia yang sangat muda beliau sudah menjadi aktivis Islam,” ceritanya di hadapan puluhan mahasiswa STIS Hidayatullah, dalam silaturahim pada 14 Shafar 1443 H (22/09/2021) malam itu.

“Bahkan beliau itu memiliki ide untuk mendirikan sebuah perkampungan santri (kampung yang Islami),” ujar Wakil Sekretaris Jenderal I DPP Hidayatullah ini sembari mengutip kisah di buku Mencetak Kader yang ditulis oleh Ustadz Manshur Salbu.

Kisah-kisah heroik pendiri Hidayatullah itu beliau angkat agar mahasiswa termotivasi dan dapat mencontoh bagaimana kegigihan para ustadz tersebut.

Ustadz Ghofar menceritakan, apa yang Kiai Abdullah Said lakukan itu tidak akan mampu tercapai, jika dalam perjalanan tidak diimbangi dengan membaca dan tanpa kedekatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

“Kita boleh kagum dengan kita lihat sekarang, cabang Hidayatullah ada di mana-mana. Tapi kita harus tahu, hal itu tidak akan terwujud dengan santai-santai saja. Beliau itu orangnya suka sekali membaca. Membaca, membaca, dan membaca. Jangan sepelekan hal itu,” tegas Ustadz Ghofar kepada mahasiswa.

“Dengan membaca itu banyak yang kita dapati, tapi juga harus diimbangi dengan kedekatan kepada Allah, sebagaimana Allahuyarham (Abdullah Said) itu ibadahnya kencang beliau. Pernah dulu ada saksi menceritakan keheranannya dengan beliau. Bagaimana tidak? Pada waktu tengah malam mandi, berwudhu lalu shalat. Dan itu dilakukan setiap hari.”

Selain itu, Ustadz Ghofar pun menceritakan tentang bagaimana dirinya yang dianggap kebanyakan orang sebagai orang yang cerdas dan pintar menulis, ternyata tidak sesuai dengan anggapan orang kebanyakan orang.

“Orang-orang itu menganggap saya ini sebagai orang yang cerdas, saya juga heran? Mungkin karena saya biasa menulis dan suka membaca. Tapi tapi sebenarnya tidak juga,” tegasnya.

“Buktinya saya selalu gagal mendapatkan beasiswa, mulai dari saat ngambil S-2 maupun S-3 saat ini,” sambungnya sambil tersenyum.

Mendengar cerita itu para mahasiswa pun tertawa.

Ia mengingatkan kepada mahasiswa STIS Hidayatullah untuk senantiasa rajin membaca. Selain karena status sudah menjadi mahasiswa, juga menjadi bekal untuk diri sendiri dan nantinya ketika turun ke tengah-tengah masyarakat.

“Pekerjaan kita sebagai mahasiswa adalah perbanyak membaca, terutama membaca Al-Qur’an, apalagi yang pertama dalam manhaj kita adalah Iqra’ (membaca), jika Al-Qur’an sudah kita prioritaskan, maka waktu-waktu itu rasanya seperti banyak sekali kesempatan untuk berbuat kebaikan,” ucapnya dengan penuh semangat.

Sebelumnya, kehadiran Ustadz Abdul Ghofar Hadi di Balikpapan untuk menjadi Dewan Senat pada acara wisuda sarjana hukum ke-7 STIS Hidayatullah Balikpapan beberapa hari yang lalu.

Untuk diketahui, selain pernah menjadi dosen STIS Hidayatullah, Ustadz Ghofar juga pada masa awal berdirinya STIS turut andil peran penting dalam suksesnya STIS menjadi seperti saat ini, yaitu menjadi Ketua STIS Hidayatullah.

STIS mengambil kesempatan hadirnya Ustadz Ghofar di Kampus Induk Hidayatullah Balikpapan untuk bersilaturahim dan melepas rindu, sekaligus memberi motivasi kepada mahasiswa.* (Asrijal/Media Center UmmulQura/STIS)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *