Ustadz Abdul Aziz Kahar: Tarbiyah & Dakwah Profesi Utama Kader Muslim

Anggota Dewan Pertimbangan Hidayatullah Deputi Organisasi, Ustadz Abdul Aziz Kahar Muzakkar, (kanan) dalam acara Halaqah Kubra yang diadakan di Masjid Al-Iman, Kampus Utama Hidayatullah Samarinda, Kaltim, 2 Jumadal Ula 1444H (26/11/2022).* [Foto: MDH/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Pekerjaan utama seorang kader Muslim adalah tarbiyah dan dakwah. Ini inti ajaran Islam sekaligus misi kenabian. Para Nabi dan Rasul diutus untuk menegakkan kalimat tauhid atau agama (iqamatuddin).

Demikian ditegaskan Ustadz Abdul Aziz Kahar Muzakkar, anggota Dewan Pertimbangan Hidayatullah Deputi Organisasi dalam acara Halaqah Kubra Murabbi yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Kalimantan Timur, Sabtu (26/11/2022).

Di hadapan 120 murabbi se-Kaltim tersebut, Ustadz Aziz Kahar sapaannya, menerangkan bahwa pekerjaan dakwah adalah profesi terbaik secara mutlak berdasarkan penjelasan al-Qur’an.

“Siapakah paling terbaik pekerjaannya? Siapakah yang paling terbaik profesinya? Jawabnya pekerjaan terbaik di dunia adalah dai,” ucapnya sambil mengutip dalil al-Qur’an.

Meski diakui Ustadz Aziz, jika diadakan polling secara terbuka, misalnya, apakah pekerjaan terbaik di dunia? Hasilnya bakal error dan tidak sesuai dengan keyakinan tersebut.

Hal itu disebutnya karena standar masyarakat masih menganggap pekerjaan terbaik adalah yang paling banyak gaji dan fasilitasnya.

“Apalagi kalau pekerjaan sebagai dai ditulis guru mengaji. Sedang yang lain sebut saja, tentara, Polri, ASN,  dokter dan lain-lain,” lanjutnya memberi contoh.

“Hasil polling-nya error itu, kalau bikin kuesioner jadi error itu,” kata ustadz yang pernah diamanahi sebagai senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI selama tiga periode ini.

Untuk itu, Ustadz Aziz meminta para murabbi menyadari peran strategisnya dalam membina dan mencerahkan umat. Tugas murabbi adalah membakar semangat dan meyakinkan bahwa inilah jalan terang dalam hidup ini.

“Semangat ini mutlak harus lahir dari pemimpin dan murabbi lebih dulu. Kalau ada anggota yang malas halaqah atau berangkat dakwah, diingatkan lagi dibangkitkan lagi,” sambungnya juga dengan nada semangat.

“Cuma yang jadi soal apakah kita benar-benar bangga dan bersyukur menjadi dai atau guru mengaji? Apakah kita sudah menseriusi betul peran sebagai murabbi?  Ini memerlukan perenungan kembali agar benar-benar bisa semangat dalam dakwah,” ucapnya mengingatkan.

Lebih lanjut, program tarbiyah dan dakwah ini tak bisa berjalan dengan baik tanpa adanya jamaah. “Inilah maksud daripada integrasi antara pekerjaan tarbiyah dakwah dengan organisasi sebagai sistem kepemimpinan atau jamaah,” pungkas ustadz yang puluhan tahun telah malang melintang dalam berdakwah ini.* (Abu Jaulah/MCU)

Baca juga: Tukang Pijat Bekerja Keras Demi Bisa Menyumbang ke Masjid Ar-Riyadh

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *