“Saya Orang Bajo, Lahir di Sapeken, tapi Nyantri di Denpasar”

Ummulqurahidayatullah.id– Berdakwah di pedalaman kampung atau di tinggal pulau terpencil bukanlah cita-cita pemuda yang meraih gelar Sarjana Hukum (S.H) semasa kuliahnya di kota Balikpapan, Kalimantan Timur dahulu.
Pernah memimpikannya pun rasanya tidak. Apalagi di siang bolong.
Namun perjalanan takdir Ilahi telah mengantar putra kelahiran Kepulauan Kangean, Sumenep, ini menjejak kaki berdakwah hingga ke pelosok Dobo, kecamatan kecil di Kepulauan Aru, Maluku.
Terdiri dari 187 pulau, sebagian wilayah Aru ini sudah berbatasan dengan Provinsi Papua dan Papua Barat serta laut lepas Arafura.Jadi kenapa tokoh kita satu ini bisa sampai tinggal di wilayah terluar seperti itu?
Demikian sekelumit obrolan ringan sekaligus berat antara panitia dengan peserta Pernikahan Mubarak Hidayatullah yang akan digelar pada hari Sabtu, (18/11/2023) mendatang di Kampus Induk Hidayatullah Gunung tembak, Balikpapan.
Dikatakan ringan, karena percakapan berlangsung santai dan cair di kantor Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan atau dikenal dengan nama gedung WKP.
Disebut berat, sebab wawancara adalah bagian penting dari Pernikahan Mubarak.
Berbagai penelusuran informasi dan pendalaman karakter terserap dari hasil wawancara tersebut. Selanjutnya semua itu menjadi bahan musyawarah Panitia Pengarah yang diberi amanah untuk menggodok dan menjodohkan para santri Peserta Pernikahan Mubarak.
“Tidak ada yang bikin saya betah kecuali karena SK tugas dakwah saya di sana (Kepulauan Aru). Jadi, selama SK itu belum dicabut, saya tetap harus pulang ke sana,” ucapnya dengan nada tegas.
Menurutnya, jika sekadar menuruti keinginan pribadi, maka ia memilih kembali ke asal almamaternya ketika mondok dahulu atau pulang ke kampung halaman sekalian.
“Saya orang Bajo, lahir di Sapeken, tapi nyantri di Denpasar, Bali,” terang pria yang namanya sengaja tidak diungkapkan itu.
“Lalu kenapa tidak pulang saja?”
“Tidak ustadz, Kami diajari mendengar dan taat. Jadi selama amanahnya begitu, pantang bagi kader untuk tidak menjalankan perintah tersebut.”
Seketika seperti ada kelopak mata yang basah dengan penuturan tersebut. Bahwa apa yang dulu disaksikan dan dipersaksikan ketika pemuda itu masih belajar, sedikitpun tak berubah padanya. Penampilan sederhana tapi rapi. Tutur kata yang sopan dan penuh hormat. Serta keteguhan dan kejujuran dalam memegang amanah.
Semoga dengan Pernikahan Mubarak yang diikutinya, pemuda yang bercita-cita jadi penghafal al-Qur’an itu mendapatkan jodoh terbaik. Bersama keluarga istiqamah di jalan dakwah. Sebagaimana kriteria pasangan yang diukirnya di formulir saat pertama kali mendaftar sebagai pengukir sejarah dalam pernikahan para pejuang di jalan dakwah tersebut.* (Abu Jaulah/Media Silatnas Hidayatullah/MCU)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya