Saat Pemimpin Umum Hidayatullah Alami Krisis Air
Ummulqurahidayatullah.id | JARUM jam menunjukkan angka sepuluh. Tak biasanya, KH Abdurrahman Muhammad, Pemimpin Umum Hidayatullah, belum tidur hingga selarut malam itu.
Beberapa hari jelang perhelatan Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah lalu, berbagai kesibukan memang meningkat dimana-mana.
Tak hanya di lokasi penginapan dan venue acara yang sudah disiapkan panitia.
Rumah-rumah warga pun juga kebagian kesibukan yang sama.
Malam itu, sejumlah tamu peserta Silatnas yang juga keluarga Pemimpin Umum sudah terlelap di kamar yang disediakan. Sebagian, ada yang baru tiba dari perjalanan dari Sulawesi.
Tapi Ustadz Abdurrahman, sapaannya, justru gelisah. Ia baru saja mendapat laporan soal air yang sudah beberapa hari ini tidak mengalir.
“Eh tiga hari menjelang Silatnas sampai malam pembukaan Silatnas itu macet air di rumah. Jam sepuluh malam baru saya tahu kalau tidak ada air,” ungkapnya menceritakan kegelisahan sekaligus ketegangan yang sempat terjadi jelang Silatnas lalu.
“Harus ada air malam ini! Bagaimana tamu-tamu ini? Sudah pada tidur waktu itu tamu-tamunya,” lanjutnya menceritakan.
Uniknya, karena melihat tersisa sedikit, Ustadz Abdurrahman justru berinisiatif sekalian membersihkan seluruh wadah air yang ada di rumahnya.
“Eh ada sedikit air tapi tinggal kotorannya. Jadi kesempatan saya korek itu drum, bersihkan semua tahi-tahinya. Saya buang semua,” ucapnya.
Harapannya, setelah dikuras habis, air yang ditunggu segera mengalir malam itu.
Maklum sudah berhari-hari sejak bulan-bulan lalu masyarakat sekitar pondok pesantren mengalami krisis air. Tak sedikit yang terpaksa swadaya membeli air bersih. Fenomena yang melanda warga Balikpapan pada umumnya.
Ternyata, tak mudah mencari penjual air di malam hari. Apalagi sudah menginjak larut malam. Kebanyakan sudah istirahat dan tutup. “Alhamdulillah, menjelang jam sebelas malam dapat air,” sambungnya.
Menurut sahabat karib Pendiri Hidayatullah, KH Abdullah Said tersebut, tiga malam berturut itu ia tidur sampai jelang jam dua belas malam. Meski khawatir akan krisis air selama acara Silatnas, namun yang paling ditakutkan justru bukan masalah kekurangan air tersebut.
“Saya lihat wah bagaimana nanti kalau tidak bisa bangun malam ini? Itu paling khawatir saya itu. Tidak bisa bangun malam. Paling takut kalau tidak bisa bangun malam. Paling takut kalau tidak bisa baca al-Qur’an,” jelas ustadz yang sudah puluhan tahun berdakwah di penjuru Nusantara.
“Pokoknya kalau kurang itu; baca tawajjuhat, kurang baca wirid pagi sore, kalau malam kurang zikir malam, aih hancur itu. Tapi kalau ada (ibadah nawafil) itu insyaAllah masih bisa masih kuat itu, Alhamdulillah,” pungkasnya dengan nada semangat saat menceritakan itu di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, beberapa waktu lalu.* (Abu Jaulah/Media Silatnas Hidayatullah/MCU)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya