Pemimpin Umum Hidayatullah Songsong Usia Emas Jelang Silatnas
Ummulqurahidayatullah.id- Tema “Menyongsong Usia Emas Hidayatullah” menjadi daya tarik tersendiri bagi Pemimpin Umum Hidayatullah, KH. Abdurrahman Muhammad, jelang Silaturahim Nasional Hidayatullah tahun ini.
Hal itu disampaikannya di satu acara Tabligh Akbar yang mengangkat tema tersebut, masih rangkaian kegiatan Halaqah Kubra Kader Hidayatullah Jawa Timur, Ahad (26/02/2023).
Di hadapan hampir seribuan kader Hidayatullah yang memadati lapangan SMP-SMA Integral Luqman al-Hakim, Surabaya, Pemimpin Umum mengawali pencerahannya dengan bersyukur kepada Allah dan menceritakan perkembangan kondisi kesehatan yang dialaminya.
“Alhamdulillah Allah telah membimbing kita, memberikan semangat, kemauan dan teristimewa kesehatan untuk hadir di majelis silaturahim ini. Syukur kepada Allah atas doa jamaah Hidayatullah. Saya katakan ini doa-doa yang memberikan spirit,” ucapnya berbahagia.
Kaitan dengan tema “Menyongsong Usia Emas Hidayatullah” Pemimpin Umum mengingatkan soal percepatan dan obsesi besar dalam meraih capaian pada momentum istimewa tersebut.
“Ayat yang dibaca ‘infiru khifafan wa tsiqalan’ itu tadi berarti mobilitas tinggi,” jelasnya menerangkan ayat yang terdapat pada surah at-Taubah.
Mobilitas tinggi, jelas sahabat karib KH Abdullah Said, Pendiri Hidayatullah itu, tidak hanya sekadar semangat berlomba dalam kebaikan (sabiqun bil khairat), tetapi juga dibutuhkan kemampuan visioner dan obsesi besar.
Soal cita-cita, menurutnya, hal itu bisa saja ditertawakan oleh manusia yang lain atau dianggap tidak masuk logika. Tapi itu disebutnya tak masalah, sepanjang orang itu meyakini cita-cita yang diperjuangkannya.
Menurut ustadz yang sudah puluhan tahun terjun berdakwah itu, dibutuhkan sinergi dan kolaborasi antara dua generasi berbeda. Yakni, para orangtua sebagai generasi awal yang merintis dakwah dengan generasi milenial yang akan melanjutkan cita-cita pendahulunya.
“Memang generasi Rasulullah dan Sahabatnya adalah generasi terbaik sebagaimana sesepuh Hidayatullah adalah generasi terbaik. Karena dia perintis, makanya dikatakan menyongsong generasi emas,” ucapnya menerangkan makna tema yang diangkat.
Kenapa demikian? Karena generasi awal itu, sambungnya, adalah yang telah meletakkan sesuatu yang bernilai mahal. Mahalnya itu karena telah membuktikan keistiqamahan dalam kesabaran. Jadi punya nilai keemasan mahal.
Belajar dari Sahabat Umar
Ustadz Abdurrahman lalu menceritakan satu kisah peperangan di masa sahabat Umar al-Faruq.
Diceritakan waktu itu, umat Islam membutuhkan tambahan personel hingga 8.000 pasukan. Namun khalifah Umar hanya mengirim sekitar separuh dari jumlah yang diminta.
“Karena di situ ada panglima yang nilainya bisa beratus kali lipat lebih dari orang biasa. Itu mahal, generasi perintis memang mahal,” jelasnya.
Namun Pemimpin Umum Hidayatullah juga mengapresiasi para generasi pelanjut yang selalu punya cita-cita tinggi. Apalagi dukungan kemajuan teknologi diyakini akan mempermudah percepatan dari harapan besar tersebut.
“Allah masih memberikan bagian juga sesuai dengan zamannya. Apalagi hari-hari ini yang disebut generasi milenial, generasi yang dipermudah oleh kemajuan teknologi sehingga tidak ada yang mustahil,” tutupnya memberi semangat.* (Abu Jaulah/MCU)
Baca juga: Musyawarah KI-KU, Pendiri Hidayatullah Apresiasi Kerja Keras Gutem Persiapkan Silatnas
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya