Mengenang Sosok Ust Abdul Manna Pasannai: “Aku Dikalah Akidah Dulu”
Ummulqurahidayatullah.id– “Aku dikalah akidah dulu dari istriku.” Ucapan singkat ini meluncur dari orang tua yang sedang berdiri di hadapanku.
Awalnya kami berdua berpapasan di lorong parkir di bawah Masjid Ar-Riyadh, Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sama-sama baru pulang dari shalat berjamaah Zhuhur, ketika itu. Kira-kira sekitar penghujung tahun 2020.
Bedanya, orang tua itu sudah siap dengan posisi di atas sepeda motornya. Sedang aku masih berdiri sambil menenteng kunci roda dua.
Namanya Abdul Manna Pasannai. Akrab disapa dengan panggilan “Pak Manna”. Entah siapa yang memulai obrolan waktu itu. Tapi perjumpaan di lorong parkir itu akhirnya berubah menjadi cerita berharga. Tentang nasihat emas dari seorang kader senior Hidayatullah.
Pak Manna semasa hidupnya juga merupakan orang dekat, sosok kepercayaan KH Abdullah Said – Rahimahullah, Pendiri Pondok Pesantren Hidayatullah.
“Apa maksudnya dikalah akidah, Pak Manna?”
Penasaran dengan pilihan diksi dan kalimat pembukanya. Akhirnya kami berdua terlibat obrolan cukup panjang ketika itu.
“Iya, jadi dulu orang-orang hijrah masuk pesantren itu, saking kencangnya doktrin berjuang di pesantren, sampai istri saya melarang urus-urus tanah yang di kampung atau tanah-tanah di tempat lain,” terangnya mengawali bercerita.
Pak Manna mengaku sembilan bersaudara dalam keluarga. Dirinya adalah satu-satunya laki-laki dari tiga orang yang masih hidup (saat diceritakan dalam obrolan dahulu itu).
Status itu menurutnya bisa memberi “keuntungan” jika dirinya mau mengurus dan ingin mengambil warisan keluarga tersebut.
“Tapi itu tadi. Sudah tidak punya ketertarikan lagi dengan begituan. Bahkan istri saya bilang, ‘dunia semua itu’, salah-salah (urus) ujungnya neraka’,” uUcapnya sambil terlihat mengenang sang istri, yang lebih dulu berpulang ke Rahmatullah.
“Akhirnya (tanah) di Kalimantan lepas, di kampung di Sulawesi juga lepas,” ucapnya tersenyum.
Menurutnya, harga tanah dulu bukan cuma murah, tetapi bisa dikata memang masih hutan “perawan” alias baru pertama kali buka lahan.
Kisah sebelum Hijrah
Dalam kisahnya, sebelum bergabung dengan Hidayatullah, Pak Manna sudah keluar masuk hutan di Kalimantan Timur. Pekerjaannya sebagai seorang pengemudi perahu motor di satu perusahaan, mengantarnya berpetualang menyusuri sungai-sungai, muara, dan keluar masuk hutan Kalimantan.
“Tahun 1970-an dulu saya sudah datangi tempat-tempat yang masih hutan-hutan itu, di ITCI, di Mahulu, di Tenggarong, di Manggar, dimana-mana saja,” lanjutnya.
Jika berada di tengah hutan Kalimantan seperti itu, ia kadang berpikir kapan ada orang lain datang ke tempat ini? “Karena semua masih hutan belantara. Tidak ada apa-apa kecuali pohon-pohon besar saja di dalam hutan itu,” tuturnya.
Tapi “masalahnya” itu tadi. Sejak awal Pak Manna merasa sama sekali tidak pernah berpikir apa-apa soal harta apalagi sampai menumpuk kekayaan dunia.
Telebih setelah ia dan keluarga memutuskan hijrah ke pesantren dan secara penuh berjuang untuk dakwah.
“Bahkan nasihatnya almarhum (KH Abdullah Said) ‘kalau perlu harta yang ada diserahkan semua untuk kepentingan agama’,” ucapnya tegas.
Awal tahun ini (4/1/2025) adalah empat tahun sejak kepergian almarhum Ustadz Abdul Manna Pasannai Rahimahullah.
Sosok periang namun tegas itu meninggal dunia di Kab. Sinjai Sulawesi Selatan, pada Senin malam (4/1/2021) sekitar pukul 22.55 WITA.
Mungkin inilah satu-satunya “kekalahan” yang tak pernah diratapi atau disesali oleh seorang hamba. Sebab “kekalahan akidah” itulah yang mengantar Pak Manna bisa menikmati kemenangan sejati. Kemenangan yang telah membebaskan dia dari belenggu dunia.
Sebagaimana tuturnya, ia kini telah menikmati iman dan Islam serta persaudaraan yang begitu indah di Pondok Pesantren Hidayatullah.
“Sekarang saya sudah tenang ibadah di sini. Anak-anak dan cucu-cucu saya juga tinggal di pesantren semua,” ucapnya mengakhiri obrolan sekaligus menitip harapan.* (Abu Jaulah/MCU)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya