KH Abdurrahman Muhammad: Ilmu & Moral Tak Terpisahkan dalam Kepemimpinan

Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad (kanan) menerima karikatur dirinya secara seremonial dari Ustadz Nashirul Haq, Pembina Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan yang juga Ketua Umum DPP Hidayatullah, pada penutupan Raker 2024 YPPH Balikpapan di Gunung Tembak, Selasa, 5 Rajab 1445 H (16/1/2024). Karikatur itu merupakan hasil karya Bang Roghib, kader Hidayatullah Gunung Tembak, putra dari Ustadz Mujiburrahman, pengurus DPW Hidayatullah Kaltim.* [Foto: Abror/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Politik atau siyasah adalah persoalan besar dalam Islam. Politik merupakan bagian dari program kerja dakwah, sedang dakwah dan juga pendidikan tak lain arus utama dari ajaran Islam.

Demikian uraian Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad, di tengah euforia masyarakat Indonesia menghadapi pesta pemilu demokrasi yang berlangsung serentak pada tanggal 14/2/2024 mendatang.

Kaitan kepemimpinan dengan amanah dakwah, Ustadz Abdurrahman selanjutnya mengingatkan sejumlah syarat atau kriteria yang berhubungan sebelum terjun ke dunia politik.

“Jadi itu dulu. Inni hafizhun alim. Jaminan amanah dan profesional, bisa bekerja secara jujur,” ucapnya sambil mengutip perkataan Nabi Yusuf dalam al-Qur’an. “Jadi punya ilmu dan moral (itu) tidak boleh berpisah (dalam kepemimpinan),” ungkapnya di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim.

Disebutkan Ustadz Abdurrahman, kualitas sumber daya dan visi yang dimiliki seorang pemimpin akan mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang dibuatnya. Jika sumber daya tidak berkualitas akan menghasilkan kebijakan tidak efektif. Bahkan bisa merusak dan menghancurkan tatanan masyarakat.

Ustadz yang sudah puluhan tahun keliling berdakwah itu lalu menceritakan satu daerah yang berkaitan dengan penjelasannya.

Menurutnya, karena visi politik dakwah itu hilang, akhirnya sebagian besar anggaran hanya dihabiskan untuk program yang kurang bermanfaat untuk masyarakat.

“Jadi programnya ecek-ecek saja, cuma dipakai melancong saja sampai dua tiga kali,” ucapnya sambil menyebut angka yang mencapai miliaran rupiah dan nama tempat yang kerap dikunjungi pemimpin daerah yang dimaksud tersebut.

Sosok pemimpin demikian, masih menurut sahabat karib Pendiri Hidayatullah, KH Abdullah Said Rahimahullah itu, disebut miskin pengalaman sekaligus tidak belajar dari pengalaman pemimpin-pemimpin sebelumnya.

“Saya bilang, itulah kalau sumber daya pemimpin ini tidak punya ru`yah atau visi yang jelas. Di mana kemampuan intelektualnya? Di mana (kemampuan) komunikasinya?” lanjutnya belum lama ini, 8 Rajab 1445 H (19/1/2024).

Untuk itu, dalam agenda Rapat Pleno YPPH Balikpapan yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan fungsionaris yayasan tersebut, Pemimpin Umum Hidayatullah meminta peserta musyawarah tahunan menjadikannya sebagai pengalaman dan tidak stagnan dalam membuat program.

“Jadi itu pengalaman. Makanya jangan stagnan ini pengurus. Jangan. Di sini-sini saja terus. Paling-paling ke kantor DPRD, ke (kantor) Wali Kota. Ke Singapura (sana). Pergi lihat ke perguruan tinggi besar. Mau bikin besar tapi ecek-ecek. Aih tidak masuk akal saya,” pungkasnya memotivasi.* (Abu Jaulah/MCU)

Baca juga: Pemimpin Umum Hidayatullah: Berpolitik untuk Dakwah

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *