“Jodoh” Sang Ustadz di Hari Ahad

Ummulqurahidayatullah.id | DUA pekan setelah Pernikahan Mubarak 19 Pasang Santri-Santriwati Hidayatullah (3/11/2024), Ustadz Masykur tiba-tiba nyeletuk. “Apa bagus perumpamaannya ini?”
Pertanyaan itu tidak terkait dengan amanahnya sebagai Panitia Pengarah Pernikahan tersebut. Tapi masih ada hubungannya dengan “jodoh”.
Ceritanya begini. Ahad pagi itu (17/11/2024), Ustadz Masykur lagi asyik membersihkan dahan dan batang pepohonan.
Ia membersamai ratusan santri dan warga bekerja bakti membersihkan lahan untuk penanaman bibit pohon di Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Tiba-tiba ia kehilangan barang penting. Ia pun segera mencarinya. Masalahnya, barang yang dicari itu mestinya membantunya dalam pencarian barang.
Rupanya, Redaktur Jati Diri Majalah Suara Hidayatullah itu kehilangan kacamata yang ia gantung di kerah bajunya. Diduga terjatuh saat ia sedang asyik memainkan parang.
Hilangnya alat “separuh penglihatannya” itu baru diketahui saat ia mau menggunakannya untuk melihat pesan WhatsApp yang masuk ke ponselnya
“Baru sadar (kacamata hilang) saat buka WA,” tuturnya sembari matanya menyelidiki ke arah tumpukan dahan-dahan kering.
Ketua Media Center Ummulqura Hidayatullah, Abdus Syakur, yang turut hadir, ikut membantu pencarian.
“Kalau ada peribahasa ‘ibarat mencari jarum di tumpukan jerami’, kali ini peribahasanya ‘ibarat mencari kacamata di tumpukan semak belukar’,” seloroh Abdus Syakur sekaligus menjawab pertanyaan Ustadz Masykur di awal tulisan ini.
Peribahasa itu menggambarkan tingkat kesulitan dalam mencari atau menemukan sesuatu yang penting dan dibutuhkan. Seperti kacamata.
Tapi sulit bukan berarti tidak bisa. Kata peribahasa, “asal ada kemauan, pasti ada jalan”. Ustadz Masykur pun mencari “jalan” untuk menemukan kacamata bergagang hitamnya di antara dahan-dahan yang sebagian berwarna hitam karena habis terbakar.
“Mestinya ini pakai kacamata untuk mencari kacamata,” kelakarnya, sembari menelusuri rute kerja bakti yang dilalui tadi. Usaha Ketua LPPH Balikpapan ini pun tak sia-sia.
“Dapat (kacamatanya),” ungkap Ustadz Masykur kegirangan. Ia menemukan kacamata itu di antara tumpukan dahan-dahan kering. “Alhamdulillah!”

Kali ini, berlaku peribahasa lain untuknya:
“Asam di gunung, garam di laut bertemu di belanga: kalau sudah berjodoh, pasti akan bertemu juga.”
Alhamdulillah, kacamata yang sempat hilang itu masih berjodoh dengan Ustadz Masykur. Jodoh memang tak selamanya terkait pasangan hidup, kan?!* (SKR/MCU)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya