Pemimpin Umum Hidayatullah: Shalat Kekuatan Spiritual & Berdimensi Sosial
Ummulqurahidayatullah.id– Munajat dan mujahadah. Inilah dua pesan penting yang berulang disampaikan oleh Pemimpin Umum Hidayatullah, KH Abdurrahman Muhammad, di berbagai ceramah dan taujih pencerahannya untuk umat Islam, khususnya bagi kader dan warga Hidayatullah, akhir-akhir ini.
Menurut Ustadz Abdurrahman, sapaannya, semua itu dapat diwujudkan dengan cara memperbaiki ibadah shalat yang memang menjadi rukun Islam kedua. Shalat juga sekaligus disebut ukuran kemenangan umat Islam.
“Hijrah itu kemenangan realitas, kemenangan eksistensial. Apa yang dimaksud itu? Kalau Nabi di Makkah, mau shalat saja Sahabat sembunyi-sembunyi shalatnya. (Tetapi) Nabi belum sampai di kota Madinah, sudah bikin masjid duluan. Sampai di Kota Madinah bikin lagi masjid,” ucapnya di hadapan jamaah Masjid Ar-Riyadh, Balikpapan, medio Juli 2024 lalu.
Itulah mengapa, lanjut Pemimpin Umum Hidayatullah, umat Islam tak boleh lalai apalagi gerah tentang shalat yang selalu dingatkan berulang-ulang.
“Kalau (shalat) ini dilalaikan, maka dicampakkan kata Allah, benar-benar dicampakkan!” tegasnya berulang.
KH Abdullah Said Rahimahullah, Pendiri Hidayatullah, disebut oleh Ustadz Abdurrahman sebagai figur yang sangat tegas dalam urusan shalat. Baik shalat berjamaah lima waktu di masjid, shalat sunnah nawafil, hingga shalat tahajjud yang dikerjakan di waktu dinihari atau sepertiga malam.
“Karena inilah yang paling pokok. Masa Almarhum (Ustadz Abdullah Said) berdarah-darah perasaan kita mengikuti, tapi (ya) diikuti juga sampai sekarang,” kenangnya sambil menceritakan beberapa kisah bersama Pendiri Hidayatullah, sekaligus sahabat karibnya.
Pemimpin Umum Hidayatullah lalu mendorong agar generasi muda penerus gerakan dakwah senantiasa menjaga shalat sebagai wujud munajat dan mujahadah di jalan Allah.
“Maka saya katakan episentrum, pusat pergerakan ruh. Kita ingin melihat anak kita ini kelihatan keshalehannya. Bagaimana melihat keshalehannya? Terlihat dari munajat. Ia bolak balik masjid melakukan shalat,” ucapnya menyampaikan harapan untuk para santri.
Para santri diharapkan memperbanyak berdoa, dzikir, dan mengangkat tangannya. “Munajat itu berpikir dan berdzikir. Sisanya itu jihad mewujudkan ketaatan dan ketaatan mewujudkan kebaikan dan kebaikan.,” terangnya.
Lebih jauh, kata dai yang telah puluhan tahun terjun ke gelanggang dakwah ini, shalat yang baik juga memiliki korelasi erat yang selaras dengan akhlak dan kepeduliannya dalam kehidupan sosial.
Ibadah shalat disebutkan tak hanya sebatas nilai kekuatan spiritual bagi pribadi Muslim saja. Tetapi juga memiliki dimensi sosial di tengah masyarakat.
“Jadi kita sebagai pemimpin harus begitu, memiliki responsibility dan akuntabilitas. Kalau tidak, itu namanya tidak berpikir, tidak jalan intuisi. Shalat malam tapi (seolah) tidak ada hasilnya,” tegasnya.
“Shalatnya panjang, doanya panjang, puasanya banyak, iya bagus. Tapi bagaimana kebersihan di lingkungannya? Ini tamkin. Harus berwujud (nyata),” pungkasnya mengutip Surah an-Nur [24]: 55.* (Abu Jaulah/MCU)
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya