Lembaga Pendidikan Beralih ke ‘Project Based Learning’, di Gunung Tembak Sudah Sejak Dulu

Mahasiswa STIS Hidayatullah bekerja bakti mengecat asrama Darul Arqam di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak (23/10/2023).* [Foto: Asrijal/STIS/Media Silatnas Hidayatullah/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Direktur Hidayatullah Institute, Ustadz Muzakkir Usman, S.S., M.Ed., Ph.D., menyebutkan, sejumlah lembaga Pendidikan kini beralih kepada “project based learning”. Yakni, satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada proyek atau kegiatan yang mencerminkan masalah atau tantangan yang ada di dunia nyata.

“Tidak hanya aktif, tapi juga santri belajar kolaboratif serta langsung mencari solusi mengatasi masalah yang dihadapi, bahkan ia bisa langsung membuat karya yang produktif dan kreatif,” sebut Ustadz Muzakkir beberapa waktu lalu.

Menariknya bagi Hidayatullah, menurut doktor pendidikan jebolan Universitas Malaya, Malaysia ini, sesungguhnya “project based learning” bukanlah sesuatu yang baru.

Jauh hari, konsep pembelajaran tersebut telah dikenalkan dan dipraktikkan secara langsung oleh Pendiri dan Perintis Hidayatullah sejak masa awal Hidayatullah berdiri.

“Dulu, dengan bekal seadanya, para santri telah diajari proyek bertukang, berkebun, dan juga mengasah kemampuan komunikasi dengan diterjunkan berdakwah secara langsung di masyarakat,” ucapnya semangat.

“Meskipun waktu itu belum dilabeli dengan istilah seperti sekarang, tapi sejak dulu santri diajari berbagai macam kreatifitas, berpikir solutif, dan sikap pantang menyerah. Ini yang menarik di Gunung Tembak,” ucapnya.

Hal itu disampaikannya dalam acara Silaturahim dan Brainstorming yang digelar Badan Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Insani (BP2SDI) Hidayatullah Ummul Qura di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan.

Bertajuk “Peran Lembaga Pendidikan Untuk Menyiapkan SDI 50 tahun Kedua Hidayatullah”, Ustadz Muzakkir menggelorakan project based learning sebagai satu khazanah kekayaan dalam pendidikan Islam.

Diketahui, mengusung konsep Islamiah, alamiah, dan ilmiah, pendidikan di Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak dikenal dengan didikan kemandirian dan kreatifitas. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para santri tetapi juga dirasakan oleh guru dan pengasuh sekalipun.

“Bagi Hidayatullah, ini adalah kekhasan yang tidak boleh luntur di masa pendidikan sekarang. Pendidikan karakter dengan spirit ibadah yang kuat dan kemandirian serta kreatifitas adalah keunggulan santri yang mondok ala pesantren,” lanjut ustadz yang juga pernah menggawangi Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah (LPIH) Luqman Al-Hakim Balikpapan.

Diskusi pada Senin, 3 Muharram 1446 H (8/7/2024) itu dihadiri oleh sejumlah pegiat pendidikan Kampus Induk Hidayatullah Balikpapan.

Bertempat di “Brown Table Room” LPPH, seluruh peserta diskusi BP2SDI tampak antusias menanggapi pemaparan pemateri.

Sejumlah pertanyaan dan tanggapan hadir saling melengkapi. Apalagi sebagian peserta tak lain adalah para santri era 1990-an yang disebut punya sejumlah kenangan nyantri di masa lalu.

“Iya eh, baru ingat. Dulu saya masih kelas II MTs tapi sudah bisa merakit kunci dan gembok lemari. Itupun bahan dan modalnya cuma keliling kampus cari kunci dan gembok yang rusak lalu diutak-atik saja,” ungkap Habib Lukman Hakim Al-Aththas sambil bernostalgia di zaman santri dahulu.* (Abu Jaulah/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *