Dai-Daiyah Sarjana STIS Hidayatullah Siap Mengabdi di berbagai Pelosok Negeri

Ummulqurahidayatullah.id– Baru-baru ini, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan secara resmi menugaskan para dai-daiyah sarjana tahun 2024.

Untuk STIS Putra, acara penugasan dilakukan pada Rabu (3/9/2024), bertempat di Masjid Ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan.

Sedangkan untuk STIS putri, penugasan digelar pada Jumat (6/9/2024) di Aula Kampus Putri STIS Hidayatullah.

Total lulusan STIS tahun 2024 (angkatan ke-18) sebanyak 80 orang dai/daiyah. Penugasan mereka menyebar, dari Aceh Tenggara hingga Manokwari, Papua Barat. Dari pedalaman Mahakam Ulu, Kalimantan Timur hingga pelosok Pulau Seram Utara Timur, Kobi di Maluku.

“Mereka ditugaskan sebagai dai pedalaman, pengajar, hingga tugas belajar sebagai laywer (pengacara hukum),” ujar Ketua Lembaga Pendidikan dan Pengkaderan Hidayatullah (LPPH) Balikpapan, Ustadz Masykur Suyuti (6/9/2024).

Penugasan tersebut menjadi momentum penting bagi para dai-daiyah untuk melangkah ke medan dakwah, membawa ilmu dan semangat membangun generasi cerdas untuk Indonesia Emas 2045.

Ustadz Masykur Suyuti dalam sambutannya, mengingatkan para sarjana tentang pentingnya ketaatan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas dakwah.

“Penugasan adalah pengkaderan terbaik. Kokohkan kader dengan penugasan ini, bahwa mereka yang berangkat tugas ini adalah orang-orang pilihan, kader-kader yang telah teruji,” ujarnya.

Para sarjana yang ditugaskan berasal dari berbagai daerah di Indonesia, siap mengabdikan diri di berbagai pelosok negeri.

“Alhamdulillah (atas penugasan ini)!” ujar Fuad Azzam, dai sarjana asal Penajam Paser Utara, Kaltim, yang ditugaskan ke Jakarta.

Sementara Ayu Diah, daiyah sarjana, akan bertugas di DPD Majene, Sulawesi Barat.

“Saya merasakan deg-degan sebelum pembacaan SK karena tidak tahu akan bertugas di mana. Tapi harapannya bisa dekat keluarga,” ungkapnya.

Sementara itu, WA Yusri merasa sangat senang karena mendapatkan tugas di YPPH Liang, Ambon, yang dekat dengan rumahnya.

“Alhamdulillah, saya bisa berbakti pada orang tua,” ujarnya penuh syukur.

Firda Isni, yang berasal dari Bojonegoro, Jawa Timur, juga mendapatkan tugas di YPPH Bojonegoro.

“Doa ibu adalah saya bisa di dekat beliau. Alhamdulillah, hal yang ibu inginkan bisa terwujud,” ucapnya haru.

Namun, tidak semua daiyah merasa lega dengan penempatan mereka. Masni Harianti, yang berasal dari Lombok, mendapatkan tugas di YPPH Jeneponto, Sulawesi Selatan.

“Saya sebenarnya senang, namun orang tua saya belum bisa memahami saya jauh dari mereka,” ungkapnya sedih.

Ia bertekad untuk kembali membicarakan hal ini dengan orang tuanya, hingga orang tuanya memahami dan ikhlas dirinya menjalankan tugas dakwah.

Meskipun ada tantangan dan perasaan campur aduk, semangat para sarjana ini tak pernah padam. Mereka siap mengemban amanah dakwah, mencerdaskan anak bangsa, dan berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Dengan bekal ilmu dan semangat yang mereka miliki, mereka akan menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif bagi masyarakat dan bangsa.* (Herim/SKR/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *