Ketum DPP: Pertahankan Ini, Hidayatullah Terus Maju & Berkembang

Tabligh Akbar rangkaian Halaqah Kubra Kader Hidayatullah Jawa Timur, di Malang, Ahad (26/02/2023).* [Foto: Zulfikar/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Tidak ada cerita dakwah tanpa kepemimpinan. Demikian tegas Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz Nashirul Haq, dalam menyongsong usia emas 50 tahun Hidayatullah berkiprah di tengah masyarakat.

Hendaknya kalian menjadi satu kelompok yang solid dengan kepemimpinan yang kuat. Terkadang, tidak perlu jumlah yang banyak asal kualitas terjaga. Justru pada saat jumlah kecil tapi kualitas tinggi, itu luar biasa soliditasnya.

“Itulah sahabat Nabi pada perang Badar, mengalahkan kafir Quraisy Makkah, 300 banding 1.000. Tapi coba lihat perang Hunain. Jumlah yang besar malah jadi problem. Karena soliditas tidak lagi sama seperti di awal perlangkahan,” ucap Ustadz Nashirul Haq sambil mengutip beberapa ayat terkait.

Di hadapan ratusan peserta Halaqah Kubra Kader Hidayatullah Jawa Timur, Ustadz Nashirul mengingatkan spirit inilah yang wajib dipertahankan dalam menyongsong usia emas Hidayatullah. Khususnya mengokohkan kepemimpinan dalam menjalankan program utama, pendidikan dan dakwah.

Sejarah mencatat, kata Ustadz Nashirul, sahabat Muadz bin Jabal pernah diutus berdakwah ke Yaman. Selanjutnya dari Yaman, dimutasi ke wilayah Yordania dan wafat di sana. Selanjutnya ia digantikan oleh Khalid bin Walid hingga akhirnya terjadi rotasi petugas dakwah, Khalid ke Najran dan posisinya digantikan lagi oleh Ali bin Abi Thalib.

“Demikian seterusnya, para sahabat Nabi menyebar ke seluruh penjaru dunia. Amru bin Ash tugas dakwah ke Mesir, Ibnu Abbas ke Makkah, Saad bin Abi Waqqash ke China. Menurut sebuah sumber, Saad berlayar dan melewati wilayah Barus, Indonesia. Mayoritas mereka hingga wafat di tempat tugas,” jelasnya secara panjang lebar.

“Spirit inilah yang diwarisi oleh Ustadz Abdullah Said Rahimahullah, bahwa dengan Manhaj Nabawi dan metode kepemimpinan, almarhum mengutus kader-kader dari Sabang sampai ke Merauke tanpa harus menunggu Gunung Tembak setel, tanpa menunggu berkembang, terlebih dahulu (para dai) sudah disebar kemana-mana,” lanjutnya penuh semangat.

Kaitan dengan tugas dakwah, diakui hal itu tidak mudah. Ia ujian ketaatan kader yang sarat dengan tantangan dan godaan.

“Kalau istri mendukung dan anak tidak protes itu lebih ringan (khifafan), apalagi kalau sudah jelas di sana alamatnya. Tapi lebih banyak tugas perjuangan itu “wa tsiqalan” berat, Pak,”  terang ustadz yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan.

Mengutip perkataan Pendiri Hidayatullah, ada banyak alasan untuk menampik amanah dakwah yang diperintahkan.

“Jadi banyak sekali alasannya, neneknya mau naik ayunanlah, (atau) kucingnya mau melahirkan. Kenapa kalian kalau disuruh berangkat banyak alasan, sudah banyak akar serabutnya. Apakah kalian lebih ridha dengan kesenangan dunia daripada Akhirat, nah ini persoalan dan tantangannya,” ucapnya meniru potongan ceramah Ustadz Abdullah Said Rahimahullah.

“Tapi kalau ini bisa dipertahankan, maka insyaAllah, Hidayatullah 50 tahun kedua ini akan terus maju dan berkembang. Mudah-mudahan nanti pada penugasan perjuangan di masa mendatang seluruh kader siap menyambut perintah Allah ini, Jadi ini bukan perintah siapa-siapa. Infiru khifafan, ini perintah Allah, siap?” Pungkasnya menutup dengan komando pekikan takbir.* (Abu Jaulah/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *