Hidayatullah: 125 Tahun Balikpapan Semoga Jadi Kota yang Diberkahi, “Madinatul Iman”
Ummulqurahidayatullah.id– Tahun 2022 ini, Kota Balikpapan genap berusia 125 tahun. Keluarga Besar Hidayatullah Ummulqura Balikpapan turut menyampaikan selamat hari jadi Kota Beriman tersebut.
Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Ummulqura turut serta menghadiri acara Doa Bersama Dalam Rangka HUT ke-125 Kota Balikpapan bersama Ustadz Das’ad Latif yang digelar Pemkot Balikpapan.
Ustadz Abdurrohim mewakili pengurus YPPH pada acara tersebut, menyampaikan harapannya bagi Kota Balikpapan.
“Semoga Balikpapan menjadi kota yang diberkahi, Baldah Thayyibah, Wa Rabbun Ghafur, bersesuaian dengan jargon Madinatul Iman,” ujar Kepala Departemen Dakwah & Sosial YPPH ini kepada Media Center Ummulqura (MCU) Hidayatullah setelah menghadiri acara di Aula Balaikota Balikpapan, Jumat (11/02/2022) malam itu.
Sesuai rundown, pada acara tersebut antara lain digelar sambutan Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud serta taushiyah oleh dai kondang Ustadz Das’ad yang juga memimpin doa bersama.
Dalam sambutan singkatnya, Wali Kota menyampaikan rasa syukurnya atas perjalanan 125 tahun Kota Balikpapan yang lebih tua dari NKRI. Apalagi, Balikpapan bakal menjadi kota penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Dalam ceramahnya, Ustadz Das’ad antara lain menyampaikan bahwa kota yang baik dan berkah apabila dibangun di atas 4 hal. Pertama, ilmunya para ulama (harus melibatkan ulama dalam kebijakan strategis).
Kedua, keadilan para pemimpin.
Ketiga, kedermawanan para orang kaya.
Dan keempat, tambah Ustadz Das’ad, doa-doa para fakir miskin (yang dijaga, diayomi, dipelihara oleh negara sesuai UUD 1945).
“Mari ambil hikmah dan keberkahan di HUT ke-125 tahun balikpapan ini, besar harapan kita semua agar kota ini semakin maju dan nyaman dihuni dalam bingkai Madinatul Iman,” ujar Wali Kota Rahmad Mas’ud dikutip MCU melalui akun Instagramnya @rrahmadmasud pada Sabtu (12/02/2022).
Sejarah Kota Balikpapan
Sebagaimana diketahui, hari jadi Kota Balikpapan ditentukan pada tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan tanggal peristiwa pengeboran pertama sumur minyak di Balikpapan dan merupakan hasil seminar sejarah Kota Balikpapan tanggal 1 Desember 1984.
Sejarah Kota Balikpapan tidak bisa dipisahkan dengan Minyak yaitu lebih tepatnya dengan sumur minyak Mathilda, sumur pengeboran perdana pada tanggal 10 Februari 1897 di kaki gunung Komendur di sisi timur Teluk Balikpapan. Penamaan sumur minyak ini berasal dari nama anak JH Menten dari JH Menten dan Firma Samuel & Co sebagai pemenang hak konsesi pengeboran di yang ditunjuk pemerintah Hindia Belanda yang telah mengontrak Balikpapan dari Kesultanan Kutai.
Di awal tahun 1900-an bertambahnya jumlah penemuan dan pengeboran minyak di Balikpapan telah membawa pendatang dalam jumlah besar ke Balikpapan. Pendatang ini kebanyakan adalah orang China dan para pekerja pengeboran yang rata-rata berasal dari jawa dan berbagai daerah lainnya seperti India. Pekerja dari China dan India inilah yang menjadi cikal bakal penghuni desa di Tukung (Klandasan) dan Jumpi (Kampung Baru) yang merupakan asal usul sebagian besar warga Balikpapan. Selain itu keberadaan minyak, yaitu minyak tanah atau “lantung”, juga mengundang semakin besarnya jumlah pedagang yang datang dari daerah Kerajaan Banjar di Banjarmasin dan Bone di Sulawesi Selatan untuk berdagang dan singgah di Balikpapan.
“Seiring dengan berkembangnya waktu Balikpapan telah berkembang menjadi “Kota Minyak” dengan besarnya produksi minyak yang dihasilkan yang mencapai 86 juta barrel per tahun. Perkembangan industri minyak inilah yang telah membangun Balikpapan menjadi kota industri. Namun saat ini Balikpapan tidak lagi menjadi Kota Minyak yang berorientasi pada pengeboran, melainkan pada jasa pengolahan minyak yang telah mengolah minyak mentah dari sekitar Balikpapan, yaitu Sepinggan, Handil, Bekapai, Sanga-sanga, Tarakan, Bunyu, dan Tanjung serta minyak mentah yang diimpor dari negara lain,” dikutip MCU dari website resmi Pemerintah Kota Balikpapan.
Di Kota Minyak inilah, Hidayatullah didirikan. Cikal bakal Hidayatullah dimulai sejak 7 Januari 1972 Masehi atau 2 Dzulhijjah 1392 Hijriyah berupa sebuah pesantren di Karang Bugis, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pesantren ini diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, yang kala itu dijabat oleh Prof. Dr. Mukti Ali, pada tahun 1976.
Selanjutnya Allahuyarham KH Abdullah Said, pendiri Hidayatullah, membuka pesantren baru di Gunung Tembak, Balikpapan Timur. Pesantren di Gunung Tembak ini kemudian dikenal dengan nama Kampus Induk Hidayatullah, sebagai pusat kultur Hidayatullah.* (SKR/MCU)
Baca juga: Kunjungan Prof Mohammad Nuh ke Pesantren Hidayatullah Balikpapan
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya