Ustadz Yusuf Suraji: dari Belajar Bahasa Arab sampai Mencungkil Ulin

Ustadz Yusuf Suraji, Pembina YPPH Balikpapan, di Gunung Tembak (29/05/2021).* [Foto: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Masuk pesantren pada umur 15 tahun, jadi kenangan tersendiri bagi Ustadz Yusuf Suraji yang kini berusia 68 tahun. Awalnya, ia bergabung dalam program Kursus Muballigh yang dipelopori oleh KH. Abdullah Said (wafat 1998), Pendiri Hidayatullah, di Balikpapan Kalimantan Timur.

Kelak, kursus yang diadakan selama sebulan tahun 1972 silam inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren Hidayatullah.

“Waktu itu sempat ditanya, cita-cita kamu apa nanti? Saya jawab tidak tahu, ustadz,” ucap Ustadz Yusuf menirukan dialognya dengan Pendiri Hidayatullah itu.

“’Di sini kamu tulis muballigh, apa arti muballigh itu?’ Tidak tahu juga, ustadz,” lanjutnya mengisahkan.

Di hadapan KH. Abdullah Said, remaja 15 tahun Yusuf Suraji berterus terang tidak tahu menahu apa yang ditulis dan dijawabnya.

“Itulah saya waktu itu. Jadi selesai kursus muballigh pun belum berani juga ceramah,” ungkapnya mengenang.

Kisah ini disampaikan di hadapan dua ratus dai yang sedang mengikuti kegiatan Halaqah Kubra Murabbi Kalimantan Timur di Samarinda, sebulan yang lalu.

Meski demikian, Ustadz Yusuf mengaku gairah berislamnya meningkat tajam. Bukan hanya hanya rajin shalat dan mengaji, tapi juga terpanggil untuk mengajak saudara-saudaranya melaksanakan shalat.

“Pokoknya adik belum shalat, neraka! Tidak shalat lagi, langsung siram air,” ucap ustadz yang bersaudara seayah dan seibu sebanyak 18 orang tersebut. Adik-adiknya disebut sampai protes, “Sejak masuk pesantren kita disiram air terus setiap hari,” ungkap Yusuf bercerita menirukan keluhan saudaranya.

“Tapi itulah kewajiban saya sebagai seorang kakak. Saya nomor 8 dari 18 bersaudara, semuanya satu ayah satu ibu,” imbuhnya tersenyum lebar.

“Tak Pernah Pikirkan Masa Depan”

Selain gairah keislaman dan semangat ibadah yang meningkat, Ustadz Yusuf Suraji juga menceritakan suka duka membabat hutan dan membersihkan lahan di masa perintisan lokasi kampus Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan.

“Jadi setelah kursus muballigh di Gunung Sari, lalu pindah ke Karang Rejo, ke Karang Bugis, dan akhirnya dapat lokasi di Gunung Tembak sekitar tahun 1973,” lanjutnya.

Heroiknya, meski beratap langit dan beralas hamparan tanah, santri-santri awal di masa perintisan tetap giat belajar di sela kerja keras setiap waktu.

“Jadi guru saya itu Pak Hasan Suraji, Pak Hasyim, Pak Sudiono, Pak Usman Palese, Pak Mahmud, Pak Sarbini, Pak Hasan Ibrahim, dan banyak lagi,” terang Pembina YPPH Balikpapan ini.

Khusus Bahasa Arab, Yusuf remaja juga pernah berguru ke Ustadz Junaid Kahar, dai kondang asal Sinjai Sualwesi Selatan, yang juga saudara kandung KH Abdullah Said.

Namun, di tengah semangat belajar yang menggebu-gebu, tiba-tiba dai yang dikenal semangat dalam berdakwah tersebut tiba-tiba mendapat instruksi khusus dari KH. Abdullah Said. Melihat potensi bakat dan tenaga mudanya, ia diminta secara khusus untuk meluangkan waktu lebih banyak membantu tenaga pertukangan yang sedang giat membenahi kampus ketika itu.

“Suf, kamu tidak usah belajar fa’ala fa’alu (bahasa Arab dasar), kamu bawa palu dan gergaji saja,” ucapnya menirukan kembali nasihat Pendiri Hidayatullah tersebut.

Jadinya, hari-hari setelah itu, ia bersama kader senior lainnya semakin giat bekerja siang malam.

“Hari-hari pikul balok ulin dari hutan Gunung Binjai ke lokasi Gunung Tembak. Setiap waktu menumbuk tiang atau mencungkil tunggul ulin,” terangnya. “Waktu itu seolah tidak pernah pikirkan masa depan, pokoknya kemana-mana bawa palu bawa gergaji saja,” lanjutnya. “Sami’na wa atha’na. Itu saja,” pungkasnya.

Kisah inspiratif seperti penuturan Ustadz Yusuf tersebut diharapkan menjadi pemecut semangat bagi para kader Hidayatullah saat ini. Apalagi, menyongsong Silatnas Hidayatullah 2023 mendatang di Kampus Induk Hidayatullah Gunung Tembak.* (Abu Jaulah/MCU)

Baca juga: Cerita Ustadz Yusuf Suraji Belajar Ngaji kepada Ustadz Hasan Ibrahim

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *