Warga Teritip, Balikpapan, Masih Alami Krisis Air

Syukron Mahdin, warga Jl Darussalam, Gunung Tembak, Teritip, mengisi air secara manual dari kolam buatan, Jumat (29/12/2023) karena air PDAM tidak mengalir ke permukimannya.* [Foto: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Warga Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, masih mengalami krisis air hingga saat ini.

Setidaknya itu yang dirasakan sebagian warga Teritip tepatnya yang berada di RT 23, Gunung Tembak.

Berdasarkan pantauan langsung Media Center Ummulqura (MCU), krisis air tersebut disebabkan air PDAM tidak mengalir ke wilayah mereka. Khususnya di wilayah Jalan Darussalam, Gunung Tembak, tepatnya di sisi selatan Kampus Dakwah Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak.

Area Jalan Darussalam tersebut masih bagian dari wilayah Kampus Tarbiyah Ponpes Hidayatullah Gunung Tembak.

Akibat tak kunjung mengalirnya air PDAM, warga mengandalkan air hujan. Sayangnya, hujan dengan intensitas tinggi tidak sering mengguyur kawasan Teritip, mengakibatkan sangat minimnya stok air bagi warga.

Sebagai alternatif, sebagian warga setempat pun harus mengangkat air dari sumber lainnya. Antara lain dari Masjid Ar-Riyadh yang terletak ratusan meter dari permukiman.

Sebagian warga lainnya memanfaatkan air dari kolam buatan yang terletak sekitar 250 meter dari permukiman. Beruntungnya, ada warga yang berinisiatif membuatkan jalur pipa air khusus dari kolam ke area sekitar lokasi wilayah Darussalam.

Meskipun begitu, warga tetap harus mengangkat air secara manual dari keran pipa tersebut dengan menggunakan ember, botol galon, atau jerigen.

Seperti yang dilakukan Syukron Mahdin, salah seorang warga setempat, pada Jumat (29/12/2023).

Seorang diri, ia menampung air dengan dua jerigen besar dan membawanya ke rumahnya dengan roda dua.

Warga lainnya, Sabar, menggunakan galon untuk mengangkat air ke rumahnya.

Sementara Abdus Syakur, tetangganya, menggunakan ember.

Menurut warga Darussalam, air PDAM sudah tidak mengalir ke wilayah permukiman itu sekitar dua pekan lamanya. Kalau pun pernah mengalir, sangat kecil alirannya.

Akibat keseringan mengangkat air dengan cara manual berdampak ke fisik mereka.

“Encok pinggang,” ungkap Abdus Syakur diamini Sabar.

Selain berpengaruh ke fisik, rutinitas mengangkat air secara manual itu juga menyita waktu mereka. Apalagi mereka adalah pekerja yang harus masuk kerja setiap pagi pada hari kerja.

Syukurnya, sumber air alternatif itu tidak berbayar alias gratis.

“Sehari tiga empat kali angkat air,” ujar Syukron di sela-sela mengangkat air sebagaimana diunggah di akun Instagram @muh_abdus_syakur, tonton di sini.

Ia mengakui lumayan juga jika tiap hari harus angkat air seperti itu. “Lumayan sehat,” sebutnya. “Iya (lumayan menguras fisik juga),” akunya.

Mufat, warga Darussalam lainnya, juga mengakui krisis air yang ia rasakan.

“Sudah benar datanya, buktinya air susah, harus angkat tiap hari , daerah pinggiran kota gak dapat air… kapan ya ini berakhir, capek angkat air,” ungkapnya lewat akun @mufat_57 mengomentari unggahan sebuah media massa di Instagram terkait tema debat Cawapres lalu seputar kondisi air Kota Balikpapan.

Krisis air rupanya bukan cuma terjadi di Teritip. Berdasarkan pengakuan warga lainnya, krisis air juga terjadi di tempat lain di perkotaan Balikpapan.

“… Rumah kami di perum rengganis/ rss masih belum dapat air Pdam padahal sdh ajukan sejak 10 tahun lalu, pdhal letaknya ditengah kota/belakang Living Plaza dan tetangga sebelah sdh ada. Bgmana ini..? Tolonglah wargamu ini…,” ungkap warnaget dengan akun @agusthermaw juga mengomentari unggahan media @info_balikpapan, seraya menandai akun Pemerintah Kota Balikpapan dan Wali Kota Balikpapan.

Baca juga: [Video] Saat Kemarau Bikin Empang Surut & Krisis Air di Gutem

Beberapa waktu lalu, Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud menjelaskan perihal kondisi air di Balikpapan. Menurutnya, penyediaan air baku Kota Balikpapan saat ini masih mengandalkan Waduk Manggar dan Waduk Teritip.

Karena faktor hujan yang lama tak mengguyur atau kurangnya air hujan pada musim kemarau, mengakibatkan debit air kedua waduk tersebut surut secara drastis. Hal ini mempengaruhi suplai air ke pelanggan PDAM.

“Lagian kita bukan kurang air, tapi karena jatah waduk air kita terbatas. Karena dengan adanya IKN, Balikpapan begitu seksi sehingga banyak penduduk datang,” kata Rahmad Masud sebagaimana dikutip media sosial di Instagram tersebut.

PDAM kemudian melakukan upaya pengaturan atau penjadwalan distribusi air ke warga/pelanggan.

Meskipun sudah terjadwal, sebagian warga Darussalam di Teritip mengakui tetap tak kunjung kebagian air PDAM.

“Entah kenapa, padahal di daerah lain sudah mengalir,” keluh Sabar keheranan.* (SKR/MCU)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *