Ustadz Nashirul Haq Ingatkan Umat Islam Hadapi Tantangan Persatuan

Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr Nashirul Haq pada Kuliah Peradaban ke-4, Selasa (02/11/2021).* [Foto: Youtube LPPH Gunung Tembak]

JAKARTA– Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, K.H. Dr. Nashirul Haq, mengatakan umat Islam dewasa ini menghadapi tantangan persatuan yang tidak ringan di tengah berbagai gempuran upaya adu domba antar sesama.

“Umat Islam menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan barangkali, tidak solid. Dan memang itulah tantangannya,” kata ustadz yang karib disapa UNH ini dalam acara Kuliah Peradaban mengangkat topik “Peran Umat Islam Membangun NKRI Dulu, Sekarang, dan Besok”, digelar secara hibryd yang disiarkan secara langsung di kanal Youtube Hidayatullah ID, Selasa, 26 Rabiul Awal 1443 (02/10/2021).

UNH menyampaikan itu seraya menukil hadits masyhur yang menceritakan dialog Nabi dengan para Sahabatnya. Diuraikan UNH, ketika itu, Nabi bertanya, “idza futihat ‘alaikum faris warrum fa ayyu kaumin antum (kalau kalian sudah menaklukkan Persia dan Romawi, kalian mau menjadi umat seperti apa)?”

Kemudian, salah seorang Sahabat, Abdurrahman bin Auf, menjawab “nakulu kama amarnallah (tentu kami akan tetap setia dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya)”. Namun, yang mengagetkan, Nabi menimpali jawaban Abdurrahman itu dengan mengatakan “awa gairu zalik (jangan-jangan tidak demikian atau jangan sampai sebaliknya)”.

Nabi melanjutkan dengan menyampaikan kekhawatirannya, yaitu jangan jangan malah menjadi umat yang berlomba-lomba mendapatkan jabatan dan materi (tatanafasun), kemudian di antara sesamanya saling hasad, iri, dan dengki (summa tatahasadun), kemudian saling membenci (summa tatabaghadun), lalu kemudian saling membelakangi (summa tatadabarun).

“Memang ini ujian dari Allah dan itu nampaknya sudah menjadi sunnatullah. Makanya, umat Islam yang sangat besar jumlahnya di Indonesia saat sekarang ini tidak memiliki peran yang signifikan,” katanya.

Oleh karena kian lekatnya kecintaan pada dunia, akhirnya umat Islam menjadi bulan-bulanan sebagaimana yang ditamsilkan oleh Nabi dalam salah satu haditsnya bahwa umat Islam akan diperebutkan seperti makanan di atas meja padahal jumlahnya dominan.

“Allah akan mencabut rasa takut, segan, musuh-musuh kalian kepada kalian. Karena kalian terkena al-wahn, hubbud dunya wa karahiyatul maut. Jadi, dunia ini yang membuat persatuan umat ini menjadi terganggu,” imbuhnya seraya mengatakan umat kian menyadari pentingnya persatuan.

“Sekarang ini hampir semua ormas mengusung tema al-wasathiyah, tentang bagaimana kita mementingkan kepentingan umat yang lebih besar dibanding kepentingan diri dan golongan. Jangan ada klaim, hanya dia yang berjasa, hanya dia yang berhak menikmati kemerdekaan ini. Inilah tantangan kita,” tukasnya lagi.

Di sisi yang lain, UNH mengemukakan masalah keumatan lainnya dimana sekarang ini ada upaya menghilangkan peran umat Islam dalam buku sejarah yang didesain sedemikian rupa diduga ingin menghilangkan peran umat Islam.

Dalam pada itu, umat juga menghadapai tantangan tidak ringan di bidang pendidikan. Kata UNH, tujuan pendidikan adalah melahirkan anak didik, pertama yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, demokratis, bertanggung jawab.

“Jadi apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional, sesungguhnya sangat ideal sekali. Dan, kalau itu diperhatikan, sejalan dengan konsep pendidikan Hidayatullah. Membentuk generasi yang paripurna dari semua aspek, iman, taqwa, dan lainnya. Kemudian dari sisi aqliyah berilmu. Dari sisi jasad, sehat. Ibadiyah dan Ijtima’iyah itu juga ada, cakap, kreatif, dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Di sinilah, terang UNH, Hidayatullah dengan mainstream pendidikan dan dakwah memiliki peran strategis melahirkan anak-anak yang siap memimpin seperti Jenderal Soedirman, melahirkan politisi seperti Pak Natsir, atau mencetak ekonom seperti Haji Samanhudi.

“Jadi benar-benar ada spirit yang kuat. Ada tokoh Islam masa lalu yang menjadi panutan didukung oleh posisi yang ada,” tambahnya.

Hidayatullah kata UNH patut bersyukur yang ditakdirkan belakangan hadir dengan kombinasi gerakan antara NU dan Muhammadiyah. “Ya, mudah-mudahan kita bisa melahirkan generasi-generasi yang siap mengemban kepemimpinan ke depan,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut UNH juga menguraikan secara singkat berkenaan dengan peran umat Islam dalam membangun Indonesia sejak di masa jauh sebelum kemerdekaan hingga hari ini dan tantangan di hari esok.

Acara ini dihadiri juga oleh Wakil Ketua Umum MUI yang juga ahli ekonomi Islam yaitu Dr Buya Anwar Abbas. Acara juga akan disiarkan kanal online yang tergabung dalam Hidayatullah Media Network (HMN) yaitu LPPH Gutem, Albayan TV, BMHtv, Posdai TV, Hidayatullah TV, HidDepokTV, dan Suara Hidayatullah.* (imam/hio)

Sumber: Hidayatullah.or.id

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *