Ustadz Husain Kallado Ajak Berhati-hati, Godaan Dunia Begitu Dahsyat

Ustadz Husain Kallado (kiri) menyampaikan nasihat dalam rapat rutin pekanan pengurus YPPH Balikpapan di Gunung Tembak, Balikpapan, Senin pagi (14/06/2021).* [Foto: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Bertahun-tahun mengajar sebagai guru agama di sekolah, tiba-tiba semua itu jadi terasa hambar. Pekerjaannya yang mulia seolah jadi tidak bermakna apa-apa kecuali sebatas rutinitas saja.

Itulah pernah yang dirasakan oleh Ustadz Husain Kallado, guru senior di Madrasah Aliyah Raadhiyatan Mardhiyyah Putra Balikpapan.

“Seperti hambar. Semua hanya sebatas teori saja,” ucap Ustadz Husain, sapaan akrabnya.

Di hadapan puluhan pengurus dan fungsionaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan di Gunung Tembak, Senin (10/10/2022), Ustadz Husain menceritakan kisah awal perkenalan dengan Pesantren Hidayatullah, sekira tahun 1982 dahulu.

Saat itu, kisahnya, dirinya masih mengajar di SMP Muhammadiyah I, Balikpapan Kalimantan Timur.  Dalam satu kesempatan, Ustadz Husain bertemu dengan Ustadz Abdul Qadir Jaelani, khatib Jumat utusan dari Pesantren Hidayatullah.

Penasaran dengan materi khutbah yang menarik, akhirnya ia berkenalan dengan sang ustadz dan diajak untuk mengikuti pengajian Malam Jumat Hidayatullah di Karang Bugis, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Menurut ustadz kelahiran Sidrap, Sulawesi Selatan tersebut, titik tolak hidupnya berawal dari mengikuti pengajian Malam Jumat. Ia merasa mendapat banyak pencerahan usai bertemu langsung dengan Allahuyarham KH Abdullah Said, pemateri tunggal pengajian Malam Jumat sekaligus tokoh Pendiri Hidayatullah.

“Tiga kali pengajian berturut, yang dibahas itu adalah kalimat Syahadat dan shalat Malam,” ucap ustadz bercerita. “Seperti orang lapar dan haus lalu disajikan menu yang lezat, langsung klop,” lanjutnya. Entah kenapa, sejak itu ia merasa dirinya seperti baru mengenal Islam dan selalu hadir di setiap pengajian Malam Jumat.

Belajar dari pengajian yang diikutinya, Ustadz Husain mengaku mulai mempraktikkan sedikit demi sedikit isi ceramah tersebut. Menurutnya, yang terpenting itu, nasihat untuk melibatkan Allah, Sang Maha Pencipta dalam setiap urusan dan problem kehidupan sehari-hari.

“Jadi orang itu benar-benar merasakan tidak bisa mengerjakan apapun kecilnya tanpa melibatkan Allah. Bahkan dulu istilahnya sebelum tidur malam kita disuruh buat agreement dengan Allah,” terangnya. Meski awalnya ia sendiri mengaku tidak paham maksud pernyataan perjanjian tersebut.

Setahun kemudian, gelora berislam dan berdakwah itu kian menjadi-jadi. Apalagi perempuan yang dinikahinya (1983) rupanya masih hubungan kerabat dengan Ustadz Manandring Abdul Ghani, santri senior KH Abdullah Said (sekarang diamanahi sebagai anggota Badan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan, red).

Ustadz Husain juga berpesan mengutip pernyataan KH Abdullah Said bahwa pendengaran, penglihatan, dan seluruh panca indera manusia hendaknya berfungsi secara optimal sesuai kehendak Tuhan Pencipta.

“Apa yang didengar dan dilihat itu harus masuk ke dalam hati. Memberi kesan, goresan, bahkan membekas dalam jiwa. Itulah yang menstimulus manusia mengakui dirinya itu bodoh dan lemah dan Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Mulia,” jelas Ustadz Husain dengan suara khasnya yang lantang.

Terakhir, ayah dari sembilan anak tersebut mengingatkan ujian dan godaan dunia yang begitu dahsyat. Jika tak berhati-hati, bisa saja manusia terpelanting dan jatuh terpental. “Iman dan amal kita terlalu kecil dan sedikit. Jangan pernah sombong. Mintalah selalu pertolongan kepada Allah,” pungkasnya menasihati.* (Abu Jaulah/MCU)

Baca juga: Majelis Penasihat Mushida: Bentengi Keluarga dari Hal-hal Merusak

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *