“Seakan-akan Tugas Kader Hidayatullah Bikin Pesantren & Shalat Berjamaah Saja”

[Ilustrasi] KH Abdullah Said memimpin shalat berjamaah di Samarinda, Kaltim, pada masa awal-awal pendirian Hidayatullah.* [Foto: Istimewa/MCU/ASC]

Ummulqurahidayatullah.id– Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Demikian pepatah yang berlaku pada setiap jejak yang ditebar.

Kebaikan manusia akan selalu dikenang oleh generasi penerusnya. Inilah yang dirasakan oleh Dr. Abdurrohim, peneliti senior Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan saat menceritakan jejak Pendiri Hidayatullah, KH. Abdullah Said Rahimahullah.

Pagi itu, medio Agustus 2022 lalu, Ustadz Abdurrohim didapuk untuk memberikan taushiyah di hadapan peserta koordinasi umum pengurus dan fungsionaris Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.

Diketahui, di sela acara koordinasi antar bidang tersebut, ada ceramah singkat yang dipergilirkan di antara pengurus.

Menurut Ustadz Rohim, sapaan akrabnya, dari sekian banyak nasihat yang terkenang dari KH Abdullah Said adalah kewajiban shalat berjamaah lima waktu di masjid.

Ini disebutnya tak boleh ditawar, bahkan menjadi program utama di setiap cabang pesantren Hidayatullah di seluruh daerah.

“Ini spirit yang Ustadz Abdullah Said selalu tekankan dalam setiap ceramah dan taujihnya. Seakan-akan tugas kader itu bikin pesantren dan dirikan shalat berjamaah, itu saja,” ucap ustadz yang juga diamanahi sebagai Ketua Yayasan Dakwah Center Ulul Albab, Balikpapan tersebut.

Hal ini, lanjutnya, dianggap sebagai tonggak keberhasilan para pendiri dan perintis Hidayatullah dalam menegakkan nilai-nilai al-Qur’an dan membangun peradaban Islam.

“Alhamdulillah, budaya shalat berjamaah di masjid sudah ditegakkan dimana-mana,” ucapnya. “Hal ini sekaligus tantangan, jangan sampai malah mengalami penurunan, baik secara kuantitas dan kualitas dari ibadah itu,” sambungnya.

Terlahir dari pasangan orang tua yang lebih dulu hijrah ke pesantren, jadi modal dan kesyukuran tersendiri bagi Ustadz Rohim untuk merekam sejumlah kenangan bersama KH Abdullah Said.

Urusan shalat berjamaah, menurutnya, termasuk yang paling dijaga dan ditekankan selalu oleh KH Abdullah Said. Bahwa semasa hidupnya dan di awal pendirian pesantren dahulu, tidak hanya membangun fisik dan menata lingkungan, tapi juga membangun jiwa dan spirit seluruh warga dan santri.

Selanjutnya, Ustadz Rohim menceritakan bagaimana kisah Rasulullah saat didera sakit di akhir hayatnya. Yakni, Nabi Muhammad sempat memaksa dirinya bangkit dari pembaringan, melihat para Sahabat menunaikan shalat Shubuh berjamaah di Masjid Nabawi.

Saat itu Nabi tampak bahagia dengan rona wajah berbinar. Sebagian Sahabat ikut gembira, mengira Rasulullah telah sembuh dari sakitnya. Padahal rupanya, takdir Allah, itulah awal dari pertemuan terakhir dan perpisahan dengan Sahabat-sahabat yang dicintainya.

“Ini wasiat mahal yang tidak dilisankan. Pesan penting betapa tugas dan perjuangan Nabi telah purna, mengantar orang-orang berjamaah dengan barisan rapi masjid. Tinggal bagaimana merawat shaf dan meraih kekuatan dari shalat berjamaah,” pungkasnya memberi semangat.* (Abu Jaulah/MCU)

Baca juga: Dua Warisan Nilai KH Abdullah Said, Apa Itu?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *