Perang Pantun di Gunung Tembak

Foto bareng Pemimpin Umum Hidayatullah, Ketua Umum DPP Hidayatullah, para pembimbing Hidayatullah Balikpapan, dan para pengurus YPPH Balikpapan beserta pengurus yayasan-yayasan di bawah koordinasi YPPH Balikpapan, pada hari terakhir Rapat Pleno, Kamis (19/01/2023).* [Foto: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Perang seringkali menyisakan duka dan kesedihan mendalam. Itu kerap terjadi jika sejumlah pihak unjuk kekuatan saling serang di antara mereka.

Uniknya ada perang yang justru melahirkan kebahagiaan. Ada senyum bahkan sekali waktu tertawa lebar bersama. Padahal mereka sedang jual beli “serangan” dan baku lempar “senjata” andalan.

Itulah yang terjadi di arena Rapat Pleno Laporan Akhir Tahun 2022 dan Program Kerja 2023 Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Balikpapan, beberapa waktu lalu.

Rapat Pleno ini digelar di Kantor YPPH, Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Kelurahan Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sejumlah peserta saling beradu dan membalas pantun. Jika ada yang membaca sebait atau dua bait pantun, tunggu saja tak lama lahir balasan berikutnya.

Genderang perang pertama kali ditabuh oleh Ustadz Muzhirul Haq, pada hari pertama Rapat Pleno, Senin (16/01/2023).

Kala itu, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah tersebut diamanahi selaku moderator sesi pertama yang menampilkan Direktur Baitut Tamwil Hidayatullah (BTH) Balikpapan, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Perwakilan Kalimantan Timur, serta Direktur Sekolah Alam Budi Mulia Balikpapan.

Muzhirul Haq “menyerang”:

“Pendek lawannya panjang. Gadis lawannya bujang.

Karena kita rapat berjuang. Silakan duduknya di depan jangan di belakang.”

Tak cukup satu lontaran, Muzhirul yang juga Ketua Unit Taklim dan Ibadah Departemen Kemasjidan itu kembali memancing dengan pantun berikutnya:

“Bunga indah di atas nampan. MasyaAllah berjejer buku.

Ustadz-ustadz di sini tampan-tampan. Sayang istrinya baru satu.”

Mendengar itu, sontak suasana Rapat Pleno dipenuhi senyum yang mengembang. Entah apa maknanya, yang jelas Media Center @UmmulquraHidayatullah (MCU), merekam wajah-wajah sumringah. Ada juga yang sekadar menoleh melihat wajah di sampingnya yang juga tersenyum.

“Ikan Sepat ikan Gabus. Ikan Patin ikan Lele.

Lebih baik dicepatin. Tidak usah bertele-tele.”

Kali ini pantun dari Ustadz Abdul Malik, pengurus Lembaga Pendidikan Islam Hidayatullah (LPIH) Luqman Al-Hakim Balikpapan. Rupanya pantun itu dimaksudkan mengingatkan para peserta soal efektifitas dan efisiensi waktu yang digunakan.

“Ustadz Dudi orangnya lincah. Baik hatinya orangnya ramah.”

Semoga program membawa berkah. Setelah acara ini, adakah?”

Masih dari Haji Malik, sapaan akrabnya, sepertinya ia “menyenggol” panitia pelaksana Rapat Pleno (Ustadz Abul A’la Maududi) dengan ungkapan yang lagi viral “adakah”.

Masih senggolan yang sama, Muzhirul Haq bertanya soal kopi di sesi siang hari kepada panitia lewat pantunnya yang menggelitik:

“Mobil Forza mobil Corolla. Semua tinggal cerita.

Siang ini tidak qailula. Adakah kopi buat peserta.”

Namun, jangan kaget. Adu pantun ini bukan hanya milik ustadz-ustadz muda. Rupanya kader senior hingga yang hari-hari berkutat di lapangan tak mau kalah juga ternyata.

Setidaknya hal itu diwakili oleh H. Syamsul Ma’arif yang dikenal sebagai Kepala Kampus Tarbiyah. Ia membawakan pantun berbunyi begini:

“Jalan-jalan keliling kampus. Banyak rintangan dan halangan.

Bila harapan kampus asri. Mari bekerja dalam kebersamaan.”

Tak mau kalah, Ustadz Jamaluddin HD, Kepala Departemen Sarana Prasarana Bidang III juga unjuk pantun yang dikaitkan dengan dana serta acara Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah 2023:

“Besarkan jiwa menyambut Silatnas. Dengan semangat dan kerja keras.

Program Bidang Tiga sungguh menguras. Asal panitia janganlah terkuras.

Kalau dipikir sama saja. Tinggi jauh bulan dan bintang.

Terlalu banyak program Bidang Tiga. Dana terbatas bukanlah penghalang.

Perang pantun belum selesai. Tokoh sepuh alias Perintis Hidayatullah pun ikut membacakan pantun. Para Dewan Pembina tersebut diwakili oleh Ustadz Yusuf Suraji, sosok yang memang dikenal enerjik dalam berdakwah:

“Para pembimbing para sesepuh. Membangun lembaga dengan hati yang teguh.

Mujahid tidak boleh mengeluh. InsyaAllah di surga dapat bidadari tujuh puluh.”

Pada Rabu (18/01/2023), Ustadz Maududi (Sekretaris YPPH) juga tidak ketinggalan berpantun:

“Buah semangka, buah nanas,”

Sebentar lagi silatnas.

Kami salut para ustadz,

Hari ketiga tetap semangat!”

Pada Kamis (19/01/2023), Sang Sekretaris kembali berpantun dengan judul Pantun Khusus Para Suami:

“Ikan tongkol, ikan tuna.

Sambal terong, sambal terasi.

Kepada para istri kita,

Ucapkanlah terima kasih.”

Pantun itu dikhususkan kepada bapak-bapak peserta rapat untuk dipersembahkan kepada istri masing-masing, yang telah bersabar mendukung suami mereka mengikuti rapat pleno selama 4 hari itu.

Terakhir, dalam sambutan pada acara Penutupan Rapat Pleno, Kamis (19/01/2023), Ustadz Nashirul Haq, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah juga membacakan pantun yang disambut dengan pekikan takbir dari seluruh peserta.

“Ada nasi ketan nasi kuning. Biasanya banyak program bikin pusing.

Tapi bagi kader militan. Tidak ada yang tidak mungkin.”

“Kerja ikhlas kerja cerdas. Kerja keras sampai tuntas.

Itulah cara kerja yang pantas. Bagi pengurus yang berkualitas.”

Nah, kira-kira menurut pembaca, pantun manakah yang paling menarik?* (Abu Jaulah/MCU/SKR)

Baca juga: Kuis ‘Berapa Biaya Operasional Masjid Ar-Riyadh?’ di Rapat Pleno YPPH

You may also like...

1 Response

  1. Irwan mujahid says:

    MasyaAllah, semoga semangat gunung tembak dapat menyemangati kader yang ada di daerah..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *