Mengharukan! ODGJ pun Berbagi Makanan, Bagaimana dengan Kita?

[Ilustrasi: Mujtahidah/Hidayatullah.com/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id | Hidayatullah.com – “ASSALAMUALAIKUM, ini kurma dan apel….”

Suara itu terdengar jelas dan sangat tidak asing.

Jika biasanya penghuni rumah antusias menyambut pemberian seseorang, namun kali ini suaraku tercekat, tak sanggup menjawab salam. Kedua kakiku terasa kaku, jantung berdetak kencang, dan tangan mulai terasa dingin.

Lelaki yang baru saja salam itu adalah lelaki istimewa karena diangkatnya pena (pencatat amal dan dosa) darinya. Ia tergolong orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).

Ia tinggal di dekat rumah sudah beberapa tahun. Hidup seorang diri, namun mendapat banyak perhatian dan kepedulian dari orang-orang di sekitarnya.

Mungkin karena banyaknya perhatian dari orang-orang, membuatnya terpancing juga untuk bisa turut peduli pada orang lain. Apalagi di bulan suci Ramadhan 1445 Hijriyah ini.

Contohnya pemberian yang ia letakkan di beranda rumahku bakda isya tadi berupa kurma, apel, dan dua biji kue jalangkote.

Berhubung suami saya sedang tugas dakwah di luar kota, maka tak ada setitik keberanian pun untuk sekadar keluar dan mengucapkan terima kasih kepada ODGJ itu.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya ia datang ke rumah. Ia pernah juga datang membawakan satu kotak makanan ringan untuk anak-anak kami. Atau meminjam motor. Atau meminjam korek pada pukul dua malam sembari membawa anaknya yang sekarang diasuh oleh warga lain di kampung kami.

ALLAH! Aku menatap pemberian ODGJ itu sambil merenung dan menarik nafas panjang.

Menyadari bahwa betapa manusia jika semasa sehatnya punya bibit kebaikan, maka walaupun akhirnya Allah takdirkan ia menderita gangguan jiwa, kebiasaan itu seringkali tetap ia lakukan. Sebab bibit dan habit kebaikan itu telah mengakar dalam dirinya.

ODGJ itu pun demikian. Seringkali kami mendapati ia shalat di pinggir jalan dan di halaman rumah, mengumandangkan azan, atau melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan suara melengking menembus lorong perumahan.

Terlebih waktu ia masih “kambuh-kambuhan”. Cukup lama menjadi petugas kebersihan di masjid besar kampung kami, sampai akhirnya diberhentikan dengan terhormat karena seringnya mengumandangkan azan bukan pada waktunya.

Astaghfirullah Wa atubu ilaih. Apa kabar diri kita yang sehat ini? Masih sanggup mengeluh? Enggan berbagi? Semoga Allah senantiasa menyehatkan jiwa dan raga kita, untuk terus berbuat dan berbagi kebaikan. Aamiin!* (Kiriman Mujtahidah/ibu rumah tangga)

Baca juga: Mushida Balikpapan Semarakkan Ramadhan dengan Lomba Kebersihan Rumah & Lingkungan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *