Mampukah Silatnas Hidayatullah 2023 Hadirkan Pemimpin Masa Depan?
Sambungan dari tulisan pertama
Ummulqurahidayatullah.id | PERJALANAN setengah abad Hidayatullah dengan segenap perkembangan dan kemajuan yang berhasil dicapai, tentu juga menyisakan evaluasi secara mendalam perihal visi, penguatan moralitas, dan penguatan positioning sebagai ormas.
Satu hal yang pasti, tidak boleh ada kata puas, terlebih masih banyak problem yang membelit kehidupan umat dan rakyat Indonesia. Mulai kemiskinan, mahalnya pendidikan, hingga kemajuan teknologi yang belum diimbangi kecerdasan memadai generasi negeri ini.
Dalam ilmu sosiologi, eksistensi Hidayatullah bisa dikategorikan sebagai Gemeinschaft of Mind (sebuah organisasi yang hadir atas dasar pikiran atau pandangan hidup yang sama).
Masyarakat yang berhimpun dalam kategori gemeinschaft of mind satu sama lain saling membantu, bekerja tanpa pamrih. Karena memang dasarnya jelas, kesamaan pikiran atau pandangan, bahkan cita-cita dan visi.
Dan, lebih dari sekadar teori serta kategorisasi dalam ilmu sosiologi, perjalanan Hidayatullah 50 tahun telah merambah seluruh pelosok negeri. Mungkinkah itu dicapai dengan kekuatan bukan karena kesamaan visi?
Dalam kata yang lain, Silatnas bukan saja relevan dengan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi juga amat dibutuhkan untuk menjawab tantangan masa depan secara bersama-sama.
Bahkan sudah saatnya Hidayatullah melakukan rancang program yang secara kiprah dapat semakin ekspansif, sehingga semakin dirasakan kebermanfaatannya oleh bangsa dan negara, termasuk oleh masyarakat dunia.
Kiprah Global
Silatnas Hidayatullah pada tahun 2023 sudah saatnya jadi momentum untuk Hidayatullah punya kiprah global.
Karena dalam sejarahnya, setiap kajian, sekalipun mengulas persoalan rohani dan intelektual serta membangun budaya Islam, tidak jarang KH Abdullah Said (Pendiri Hidayatullah) memulai kajiannya dengan memaparkan peristiwa global.
Pada ceramah yang terekam dalam kaset 27 Agustus 1992 yang ditampilkan di website Ummulqurahidayatullah.id, terdengar sangat fasih KH Abdullah Said mengabarkan peristiwa perang saudara yang sedang berkecamuk di Afghanistan kala itu, yang membuat Kabul sangat kelam.
Sisi menariknya, walaupun KH Abdullah Said memandang peristiwa perang itu bertolak belakang dengan semangat orang di sana menerapkan ajaran Islam, beliau tetap berharap ada hikmah dari kenyataan pahit yang seperti itu, sehingga kita bisa lebih dewasa dan pintar dalam menangkap pesan dan peluang dari fakta itu.
Kemudian pria kelahiran 17 Agustus 1945 itu mengatakan satu aksioma bahwa “merebut kemenangan itu jauh lebih mudah daripada memanfaatkan kemenangan.”
Kalau kita tarik pada agenda Silatnas 2023, maka pesan intinya adalah akan kita manfaatkan sebagai apa fakta sejarah 50 tahun pertama Hidayatullah yang begitu gemilang ini.
Dan, ketika kita menyebut Hidayatullah sudah saatnya berkiprah secara global itu berarti sangat kokoh dan mengakar dalam ranah nasional.
Pertanyaannya kemudian adalah, apakah Silatnas nanti juga akan jadi momentum kader muda tampil sebagai pihak yang akan disiapkan memimpin masa depan, baik di dalam dan luar negeri.
Pada level inilah, judul artikel ini memiliki sebuah urgensitas untuk kita jawab bersama.
Bahwa Silatnas Hidayatullah 2023 selain menjadi ajang pertemuan yang ada di dalamnya romantisme, kebahagiaan dalam persaudaraan, hal yang tak boleh dilupakan, dalam momentum mahal dan strategis ini adalah, kita harus menyiapkan model atau metode melahirkan pemimpin masa depan. Yaitu yang menjadikan Hidayatullah dapat berkontribusi dalam seengap sisi kehidupan bagi bangsa dan negara bahkan pada level global, yakni menciptakan perdamaian dunia.*
Imam Nawawi | Penulis Muda, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah periode 2020-2023
Subhanawllah.saya jg baru dtggl istri tercinta tgl 6 juni 2023 kmrn rindu ini teramat sangat berat dan sesak didada namun…
MasyaAllah Semoga bayi yang dititipkantersebut akan menjadi penerus pimpinan di kampus tersebut
yaa robb....kangen kamu...
Mantap Bang Sakkuru Muhammaddarrasullah!
Sama yg saya rasakan betapa rindunya saya dengan almarhumah istriku. 6 bulan berlalu kepergianya