Kisah Pekerja Bangunan: Dulu Bolong-bolong Shalatnya, Kini Rajin ke Masjid Ar-Riyadh

[Ilustrasi] Sejumlah tukang melakukan pekerjaan dalam pembangunan Masjid Ar-Riyadh, Hidayatullah Balikpapan, Kalimantan Timur (01/07/2021).* [Foto: Muh. Abdus Syakur/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id | TUKANG bangunan giat bekerja, itu biasa. Dimana-mana lumrah didapati demikian. Baik yang upahnya dihitung per hari ataupun dikenal dengan istilah borongan. Tak sedikit di antara mereka rela berpeluh keringat sebagai pekerja kasar demi menjaga asap dapur tetap mengepul selalu.

Bagaimana jika para tukang bangunan tersebut juga giat mengikuti majelis taklim atau pengajian? Rasanya itulah yang luar biasa. Demikian diakui Ismail, tukang bangunan asal Sulawesi Barat.

Hari-hari bersama puluhan kawan seperjuangan, Ismail bekerja menukangi pembangunan Masjid Agung Ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, yang dalam tahap penyelesaian akhir.

Pagi-pagi sekitar jam 07.15 WITA mereka sudah berangkat bekerja dan pulang jam 17.30. Di antara waktu tersebut, ada jeda istirahat untuk shalat berjamaah dan makan siang.

Meski lelah bekerja seharian, hal itu tak menghalangi Ismail dan tukang lainnya untuk mengikuti kegiatan pembinaan yang diselenggarakan oleh Departemen Pelayanan Umat (Yanmat) Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan.

“Alhamdulillah, senang bekerja di tempat ini. Meski merantau jauh dari keluarga, tapi lingkungan pesantren dan suasana ibadah di masjid, membuat betah di tempat ini,” ucap Ismail tersenyum.

Lain lagi yang dikisahkan oleh Ustadz Imam Muhammad, Pengurus Yayasan Ittihaadi Mardhatillah Indonesia, Balikpapan. Ia mengaku bersahabat dengan tukang lainnya. Namanya Mansur, juga masih  keturunan suku Mandar.

Menurut Imam, layaknya sebagian pekerja kasar, Mansur disebut belum terbiasa shalat. Jangankan berjamaah di masjid, shalat wajibpun masih bolong-bolong.

Tapi seiring waktu, sekian bulan bekerja di lingkungan pesantren, justru ia mendapati ketenangan acap shalat di Masjid Ar-Riyadh. “Setiap kali saya shalat di masjid (pondok pesantren) ada perasaan yang berbeda. Senang, dan bahagia kalau selesai shalat di pondok,” ucap Mansur seperti ditirukan Imam.

Lebih jauh, Departemen Yanmat YPPH, terus berusaha meningkatkan pelayanan dakwah kepada para pekerja bangunan tersebut, dengan program pengajian khusus satu kali sepekan.

Menurut Ustadz Lukman Alatas, program baru ini merupakan hasil kerja sama antara Departemen Yanmat, DKM Masjid Ar-Riyadh, YDC Ulul Albab, dan juga Mitra Zakat Hidayatullah Balikpapan.

“Alhamdulillah, ini hasil dari sinergi dalam berdakwah, tidak hanya dapat barakah silaturahim, tapi juga pencerahan ilmu agama dari dai dan ustadz yang mumpuni,” ucap Lukman, selaku penanggung jawab kegiatan tersebut.

Ustadz yang dikenal sebagai seorang habib tersebut mengatakan bahwa program ini diperuntukkan khusus bagi para tukang bangunan. Menurutnya, pelayanan dakwah adalah hak dan kewajiban bagi siapa saja. Tak terkecuali mereka yang berprofesi sebagai buruh bangunan.

Ke depan, lanjut Habib, program dakwah akan diperluas tidak hanya di masjid-masjid atau mushalla saja, namun juga menyasar komunitas-komunitas tertentu, seperti para tukang, remaja, penghobi motor-sepeda, dan lainnya.

“Pastikan kita semua terlibat dan berkontribusi dalam urusan dakwah ini. Apapun profesi kita, dakwah tidak boleh lepas dalam hidup kita,” pungkasnya menitip nasihat.*

Sumber: Hidayatullah.com

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *