Cerita Liburan Santriwati Hidayatullah yang Ditulisnya Sendiri

[Ilustrasi: SKR/MCU]

Ummulqurahidayatullah.id– Tepat pada tanggal 19 April 2023. Akhirnya, keluargaku dari Sukabumi datang ke rumah nenek. Baru kali ini kurasakan ada kekuatan besar dalam silaturahim pada masa liburan Ramadhan-Syawal 1444H.

Itulah yang kurasakan. Rasa bahagia seketika datang. Aku berpelukan dengan sepupuku. Dia salah satu sepupu yang paling dekat dengan ku.

Ah, rasanya ingin kuulang hari itu.

Aku jadi berpikir, betapa menyenangkannya memiliki saudara dan keluarga. Terlintas di benakku, bahwa silaturahim begitu penting. Untuk tetap menjalin hubungan kekeluargaan dengan baik.

Tanpa adanya silaturahim ini, aku takkan merasakan, betapa menyenangkannya bertemu keluarga jauh. Jika tak ada silaturahim, mungkin aku tak akan merasa sesenang itu.

Maha Suci Allah yang memerintahkan kita bersaudara, bersaudara karena keluarga dan bersaudara karena iman.

Aku berjabat tangan dengan keluarga yang lain dan membantu mengangkut barang bawaan mereka.

Ternyata, pertemuan kami ini, bisa membawa manfaat. Mulai dari hal hal kecil, seperti memberi makanan, membantu meletakkan barang, dan lain sebagainya. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, hidup harus memberi manfaat bagi sesama.

Setelah itu, aku berbincang dengan sepupuku. Kita saling menukar cerita tentang pondok pesantren. Ketika kami semua berbicara, saling berbagi pengalaman, rasanya menyenangkan sekali.

Hari-hari kami isi dengan jajan bersama ke warung. Meski itu terkesan tidak baik (memang tidak baik kalau terlalu sering dan berlebihan) itu sangat menyenangkan.

Ketika tengah malam, kami membuat mi instan sambil berbincang tentang masa kecil kami. Aduh, kalau diingat-ingat agak memalukan. Di malam terakhir, kami memutuskan untuk pergi ke pasar malam, menaiki wahana di sana. Ternyata hujan turun, sehingga kami pulang dengan keadaan basah. Tapi itu menjadi malam paling menyenangkan di antara malam sebelumnya.

Sepi = Menulis

Hingga tiba di saat mereka pulang. Tepat pada 25 April 2023, mereka meninggalkan kediaman nenek kami.

Seketika rasanya rumah yang masih kutempati ini terasa sepi. Namun, itu tidak menjadi masalah besar bagiku. Kami masih bisa berbicara melalui telepon genggam.

Saat mereka pergi, aku masih bisa melakukan aktivitas lain. Contohnya menulis tulisan ini.

Setiap yang terjadi adalah yang terbaik. Termasuk perpisahan hari ini. Itu adalah keputusan Allah yang terbaik.

Aku harap, di waktu ke depan, kami masih bisa bertemu. Berbincang tentang sekolah kami, impian masa depan, mengenang masa lalu. Itu menyenangkan sekali.

Sepupuku pernah berpesan, “Kayaknya kita harus sering cerita gini deh, biar bisa ngenang-ngenang juga.”

Impianku dan sepupuku adalah ingin sekali berkeliling dunia. Tapi sebelum berkeliling dunia, kami ingin berkeliling Indonesia. Membuat negara Indonesia lebih baik. Semoga Allah kabulkan semua impian kami ini.

Itulah alasan kami senang untuk bertemu. Kami akan saling bertukar cerita. Karena di saat kami bertukar cerita, kami saling menguatkan.

Seperti pesan Abahku saat berbincang malam di dapur bersama dengan sepupuku: Saudara harus saling mendukung, menguatkan, dan mendoakan.

Inilah cerita singkatku. Sengaja kutulis sebagai latihan merangkai kata, sekaligus sebagai kenangan, yang merupakan perjuanganku mengingat dan mengikat makna atas nikmat Tuhan bertemu saudaraku.* (Intan Ilmia binti Imam Nawawi/Santri SMP Integral Putri Hidayatullah Depok)

Sumber: Masimamnawawi.com

Tonton: [Video] Foto Pemandangan Langka nan Indah di Gunung Tembak, Siapa Fotografernya?

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *